Goa Surocolo: Memaknai Jejak Sejarah dan Eksotisme Alam di Dekat Perbukitan Bantul

Goa Surocolo merupakan sebuah tempat wisata di Jogja yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Apakah goa ini merupakan tempat persembunyian atau pertapaan, masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Namun, hal ini tidak mengurangi keindahan dan daya tarik goa tersebut. Dengan keunikan lokasinya yang tersembunyi di antara tebing-tebing curam, Goa Surocolo menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi.

Selain itu, Goa Surocolo juga memiliki hubungan dengan Sunan Amangkurat Mas, seorang tokoh sejarah yang terkenal. Temuan-temuan seperti prasasti, arca, dan jaladwara menambah kekayaan sejarah dan keindahan goa tersebut. Melalui goa ini, kita dapat merasakan atmosfer masa lalu dan mengenal lebih dekat sejarah Indonesia.

Selain Goa Surocolo, terdapat juga beberapa tempat wisata terdekat yang dapat Anda kunjungi. Pantai Parangtritis, dan Goa Jepang Parangtritis adalah beberapa di antaranya. Setiap tempat wisata tersebut memiliki daya tariknya sendiri dan menawarkan pengalaman yang berbeda.

Jadi, jika Anda sedang berada di Bantul, Yogyakarta, jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi Goa Surocolo. Nikmati keindahan alam, sejarah, dan budaya yang ditawarkan oleh tempat ini. Dapatkan pengalaman yang tak terlupakan dan kenali lebih dalam pesona Yogyakarta. Berikut ulasan dari Explore Jogja.

Sejarah Panjang Goa Surocolo: Dari Pertapaan Sunan hingga Jejak Mataram

Sejarah Panjang Goa Surocolo: Dari Pertapaan Sunan hingga Jejak Mataram

Goa Surocolo terletak di kawasan Dusun Poyahan, Kalurahan Seloharjo, Kapanewon Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini berada pada wilayah perbukitan Seribu ujung barat, tepatnya pada ketinggian sekitar 357 meter di atas permukaan laut. Secara geografis, posisi Goa Surocolo sangat strategis karena berada tidak jauh dari Sungai Opak di sisi utara dan Pantai Parangkusumo di sisi selatan. Hal ini menjadikan kawasan Surocolo memiliki perpaduan bentang alam sungai, lembah, dan pantai dalam satu lanskap yang dapat dijangkau dalam waktu relatif singkat.

Dalam lintasan sejarahnya, Goa Surocolo tidak dapat dilepaskan dari peristiwa penting yang terjadi pada masa Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-17. Berdasarkan tradisi lisan yang berkembang di masyarakat setempat, goa ini diyakini sebagai tempat bertapa Sunan Amangkurat II atau Sunan Amangkurat III yang juga dikenal dengan nama Sunan Mas. Saat masa pemerintahannya diwarnai konflik internal kerajaan serta tekanan eksternal dari VOC (Belanda) dan pemberontakan Trunojoyo, sang raja disebut memilih untuk menyepi dan mencari petunjuk spiritual di Goa Surocolo.

Uniknya, Goa Surocolo adalah gua buatan yang dipahat langsung pada bukit batu putih (batu padas). Gua ini dibentuk dengan teknik menggali dan memahat bukit secara manual sehingga terbentuk dua struktur utama. Gua pertama (Gua I) membentuk sebuah ruangan tertutup dengan ukuran panjang 8,72 meter, lebar 6,21 meter, dan tinggi 2,35 meter. Sedangkan Gua kedua (Gua II) berada di sebelah barat gua pertama dan berupa ceruk terbuka dengan dimensi serupa. Arsitektur sederhana goa ini menjadi saksi bisu kesungguhan laku spiritual Sunan Mas dalam mencari kedamaian batin sekaligus strategi bertahan pada masa genting.

Uniknya, Goa Surocolo adalah gua buatan yang dipahat langsung pada bukit batu putih (batu padas).

Tidak hanya pada masa Mataram Islam, catatan sejarah masyarakat Seloharjo juga merunut keberadaan Goa Surocolo pada zaman Mataram Hindu sekitar abad ke-10. Hal ini dikuatkan dengan penemuan sejumlah batuan andesit yang memiliki pola susunan menyerupai struktur candi. Di kompleks sendang di bawah goa pun ditemukan artefak berupa jaladwara (saluran air pada bangunan suci) serta dua arca yang diduga merupakan peninggalan masa Mataram Hindu. Tradisi tahunan nyadran, yakni ritual syukur dan permohonan hujan yang sarat unsur Hindu Jawa, menjadi penguat bagaimana akulturasi tradisi masa lampau terus bertahan di desa ini.

Melalui rangkaian sejarah panjang yang mencakup periode Hindu-Jawa, Mataram Islam, hingga masa pendudukan Jepang — saat lokasi ini sempat difungsikan sebagai markas tentara dan dibangun bunker pertahanan — Goa Surocolo memperlihatkan dirinya sebagai tapak lintas generasi yang kaya nilai sejarah dan budaya. Setiap batu dan lorongnya menyimpan cerita yang patut digali lebih dalam oleh generasi masa kini.

Keunikan Arsitektur Goa dan Kompleks Sendang: Menelusuri Nilai Sakral dan Fungsi Sosial

Keunikan Arsitektur Goa dan Kompleks Sendang Di Dekat Goa Surocolo: Menelusuri Nilai Sakral dan Fungsi Sosial

Keunikan wisata Goa di Jogja Goa Surocolo tidak hanya terletak pada statusnya sebagai gua buatan yang dipahat pada bukit batu putih, melainkan juga pada keseluruhan kompleks yang mengelilinginya. Di sekitar gua, terutama pada lereng bawahnya, terdapat sendang (kolam alami) yang menjadi pusat aktivitas ritual masyarakat sejak ratusan tahun silam. Tercatat ada dua sendang utama — dikenal dengan nama Sendang Lanang dan Sendang Wadon — yang dialiri air jernih dari mata air pegunungan.

Sendang-sendang ini tidak hanya memegang fungsi vital sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat, tetapi juga sarat akan nilai simbolik. Setiap tahun, diadakan prosesi nyadran di sekitar sendang. Ritual ini melibatkan penyembelihan kambing sebagai simbol rasa syukur atas anugerah air yang menopang pertanian dan kehidupan masyarakat sekitar. Tradisi nyadran disertai pentas budaya seperti kirab gunungan hasil bumi, pertunjukan jathilan, wayang kulit, hingga kethoprak, menggambarkan semangat gotong royong sekaligus rasa hormat pada alam.

Sendang-sendang di dekat Goa Surocolo ini tidak hanya memegang fungsi vital sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat, tetapi juga sarat akan nilai simbolik.

Dari sisi material budaya, di area sendang dapat ditemukan sejumlah batu andesit peninggalan Mataram Hindu. Beberapa batu berbentuk jaladwara berfungsi menyalurkan air, sedangkan ada juga batu berbentuk lingkaran berongga yang diyakini memiliki fungsi upacara tertentu. Dua arca yang ditemukan di sekitar Sendang Lanang dan Sendang Wadon makin memperkuat dugaan bahwa kawasan ini dulunya adalah titik ritual penting pada masa Hindu Jawa.

Selain sendang, kawasan Goa Surocolo juga memiliki dua pohon besar yang berumur ratusan tahun, yakni pohon Randu Alas dan Kepuh. Keduanya bukan sekadar peneduh alami, tetapi juga sering dianggap masyarakat memiliki “penunggu” yang menjaga keseimbangan spiritual kawasan ini. Tidak heran, sebelum memasuki area goa, pengunjung yang memahami adat setempat biasanya mengucapkan permisi sebagai bentuk penghormatan.

Dengan susunan lanskap yang memadukan gua batu padas, sendang berair jernih, artefak arkeologis, serta kehadiran pohon-pohon tua, kompleks Goa Surocolo memperlihatkan tatanan ruang yang tidak hanya difungsikan untuk kebutuhan praktis, tetapi juga menjadi ruang sakral yang terus dihidupi maknanya oleh masyarakat Seloharjo dari generasi ke generasi.

Eksotisme Puncak Mrangi dan Puncak Kayangan: Panorama Alam yang Menakjubkan

Eksotisme Puncak Mrangi dan Puncak Kayangan: Panorama Alam yang Menakjubkan

Pesona Goa Surocolo semakin lengkap dengan keberadaan Puncak Mrangi dan Puncak Kayangan yang dapat dicapai dengan berjalan kaki naik sekitar 800 meter dari kampung Surocolo. Jalur menuju puncak melewati jalan setapak yang dihiasi semak hijau dan sesekali ditemani suara burung liar, memberikan sensasi trekking ringan yang menyenangkan. Sesampainya di puncak, wisatawan akan disuguhi pemandangan luar biasa yang menghampar sejauh mata memandang.

Dari ketinggian Puncak Mrangi, pengunjung dapat menikmati panorama lembah Sungai Opak, muara sungai yang bertemu Laut Selatan, hingga garis pantai Samudra Hindia yang biru membentang. Ke arah utara, tampak lanskap Kota Yogyakarta dengan siluet Gunung Merapi yang kadang muncul malu-malu tertutup awan. Sementara di Puncak Kayangan, daya tarik utamanya adalah momen sunrise dan sunset yang begitu memukau. Sinar matahari yang menembus celah pegunungan dan memantul di permukaan laut menciptakan lukisan alam yang sulit diungkap dengan kata-kata.

Tidak hanya pemandangan alam, di puncak ini juga dapat dijumpai bunker-bunker goa peninggalan tentara Jepang yang dulu dibangun sebagai pos pertahanan saat masa pendudukan. Benda sejarah ini menjadi saksi bagaimana lokasi strategis perbukitan Surocolo dimanfaatkan tidak hanya untuk bertapa dan menghayati spiritualitas, tetapi juga sebagai titik strategis militer. Kini bunker-bunker tersebut menjadi objek foto favorit sekaligus pengingat akan masa sulit rakyat Indonesia yang dipaksa kerja rodi (romusha) oleh penjajah Jepang.

Dengan kekayaan alam dan sejarah yang bersinergi, kawasan puncak ini memberi kesan perjalanan wisata yang lengkap. Wisatawan tidak hanya pulang dengan foto indah, tetapi juga membawa cerita tentang bagaimana alam, sejarah, dan budaya berpadu menjadi identitas unik Desa Seloharjo.

Menikmati Goa Surocolo Sebagai Destinasi Wisata Sejarah dan Spiritualitas

Menikmati Goa Surocolo Sebagai Destinasi Wisata Sejarah dan Spiritualitas

Goa Surocolo bukan hanya menawarkan keindahan alam yang menakjubkan, melainkan juga pengalaman wisata sejarah dan spiritualitas yang mendalam. Sejarah panjang tempat ini — mulai dari masa Hindu Jawa, masa pertapaan Sunan Amangkurat Mas pada periode Mataram Islam, hingga masa pendudukan Jepang — menghadirkan narasi utuh tentang betapa strategis dan sakralnya kawasan ini. Tradisi nyadran, keberadaan sendang, goa, arca, hingga bunker Jepang menjadi “panggung nyata” tempat peradaban silih berganti meninggalkan jejak.

Dengan tiket masuk yang sangat terjangkau, rata-rata hanya sekitar Rp5.000, Goa Surocolo menjadi destinasi edukasi sejarah sekaligus rekreasi alam yang inklusif. Wisatawan dapat belajar menghargai nilai budaya di Jogja, menengok peninggalan arkeologi, sekaligus menyegarkan jiwa dengan panorama alamnya yang menawan.

Bagi Anda yang ingin merasakan suasana berbeda — menyatukan penjelajahan alam dengan refleksi sejarah dan spiritual — Goa Surocolo adalah tempat yang layak masuk daftar kunjungan. Ke depannya, diharapkan pengembangan destinasi ini dapat terus ditingkatkan tanpa meninggalkan prinsip pelestarian agar warisan leluhur tetap dapat dinikmati anak-cucu bangsa.

Alamat dan Peta Lokasi

Alamat: Surocolo Seloharjo Pundong, Ngerco, Seloharjo, Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55771


Rizki

Rizki

Rizki Purnama adalah seorang travel content writer berbakat dengan pengalaman dalam menulis tentang destinasi wisata dan petualangan. Ia memiliki kecintaan yang mendalam terhadap dunia perjalanan dan selalu bersemangat untuk berbagi pengalaman dan cerita menarik melalui tulisannya.
https://xplorejogja.com