Jalan Malioboro (bahasa Jawa: ꦢꦭꦤ꧀ꦩꦭꦶꦪꦧꦫ, ejaan: Dalan Maliyabara; Bahasa Inggris: Malioboro Street) adalah sebuah destinasi wisata sekaligus jalan utama untuk berbelanja di Yogyakarta, Indonesia; nama ini juga lebih umum digunakan untuk menyebut lingkungan di sekitar jalan tersebut.
Jalan ini membentang dari utara ke selatan, sejajar dengan garis antara Kraton Yogyakarta dan Gunung Merapi.
Hal ini memiliki arti penting bagi banyak penduduk lokal, karena orientasi utara-selatan antara istana dan gunung berapi memiliki makna khusus.
Jalan Malioboro merupakan pusat dari distrik wisata terbesar di Yogyakarta, dikelilingi oleh banyak hotel, restoran, tempat kuliner, dan toko-toko di sekitarnya.
Trotoar di kedua sisi jalan dipenuhi dengan kios-kios kecil yang menjual berbagai macam barang.
Di malam hari, beberapa restoran pinggir jalan terbuka, yang disebut lesehan, beroperasi di sepanjang jalan ini.
Jalan ini juga merupakan tempat bagi para seniman.
Musisi jalanan, pelukis, dan seniman lainnya memamerkan karya-karya mereka di jalan ini.
Meskipun tidak terlalu mencolok bagi para turis, namun bagi penduduk lokal, gang-gang kecil dan bangunan yang mengarah ke Malioboro sama pentingnya dengan jalan utamanya.
Jalan Malioboro memiliki pesona yang tak tertandingi dan memukau hati siapa pun yang mengunjunginya.
Di sinilah Anda dapat merasakan kehidupan sejati Yogyakarta, dengan segala seni, budaya, dan keramahan penduduknya.
Menjelajahi setiap sudutnya akan memberikan pengalaman yang tak terlupakan.
Mari nikmati pesona Malioboro dan temukan keindahan di setiap langkahnya!
Daftar Isi
Malioboro: Jalan Legendaris yang Membawa Pesona Tak Tergantikan!
Jalan Malioboro tidak hanya sekadar jalan biasa di Kota Yogyakarta, tapi juga memiliki makna dan pesona tersendiri yang menarik untuk dijelajahi. Inilah salah satu dari tiga kawasan jalan di Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke persimpangan Titik Nol Kilometer Yogyakarta.
Malioboro sendiri terdiri atas tiga bagian: Jalan Margo Utomo, Jalan Malioboro, dan Jalan Margo Mulyo. Kawasan ini juga merupakan poros utama yang menghubungkan Kraton Yogyakarta dengan Tugu Yogyakarta.
Inilah alasan mengapa kawasan Malioboro memiliki arti penting bagi masyarakat lokal.
Jalannya sendiri menghubungkan Tugu Yogyakarta hingga ke kompleks Keraton Yogyakarta.
Di sisi utara, Anda akan menemukan Jalan Margo Utomo, yang membentang dari selatan Tugu hingga sisi timur Stasiun Yogyakarta.
Perhatian khusus juga pantas diberikan pada perlintasan kereta api yang unik di antara Jalan Margo Utomo dan Jalan Malioboro, di mana palang pintu berjenis geser digunakan untuk memisahkan dua jalur tersebut.
Kawasan Malioboro dikenal sebagai pusat distrik wisata terbesar di Yogyakarta, yang dilengkapi dengan banyak hotel, restoran, dan toko-toko di sekitarnya.
Di malam hari, Malioboro menjadi hidup dengan adanya warung-warung lesehan yang menjual kuliner khas Jogja seperti gudeg.
Inilah juga tempat yang penuh dengan seni dan kreativitas, karena para seniman jalanan sering mengisi jalan ini dengan musik, lukisan, pantomim, dan berbagai bentuk ekspresi seni lainnya.
Selain itu, Malioboro juga menjadi saksi bisu dari sejumlah objek bersejarah, termasuk Tugu Yogyakarta, Stasiun Yogyakarta, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Kantor DPRD DIY, Benteng Vredeburg, Hotel Grand Inna, Komplek Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Monumen Serangan Umum 1 Maret.
Berjalan-jalan di Malioboro adalah pengalaman yang tak terlupakan.
Anda akan menemukan kehidupan dan kekayaan budaya Jogja yang tiada duanya.
Belanja kerajinan khas Jogja, menikmati kuliner lezat, mengeksplorasi seni jalanan, dan merasakan semangat kota ini yang begitu kental.
Mari temukan keajaiban Jalan Malioboro dan rasakan pesona magisnya!
Empat Teori Menarik di Balik Nama Jalan “Malioboro”: Mengupas Asal Usul yang Menarik
Jalan Malioboro, jantung kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari cerita dan pesona.
Namun, tahukah Anda bahwa nama yang begitu melegenda ini memiliki beberapa teori menarik tentang asal usulnya?
Mari kita telusuri empat teori yang mengaitkan nama Malioboro dengan sejarah dan filosofi yang menarik.
Teori Adipati Marlborough
Pertama Teori pertama mengaitkan nama Malioboro dengan gelar John Churchill, Adipati Marlborough Pertama (1650-1722), seorang jenderal terkenal dari Inggris pada masanya.
Nama “Malioboro” dikatakan berasal dari Benteng Marlborough di Bengkulu yang dinamai sebagai penghormatan.
Namun, ada juga yang menolak teori ini karena tak masuk akal jika jalan utama Kesultanan Yogyakarta berasal dari nama Inggris.
Teori Pesanggrahan Jayengrana
Teori kedua mengaitkan nama Malioboro dengan pesanggrahan yang digunakan oleh Jayengrana (Amir Hamzah), tokoh utama dalam Hikayat Amir Hamzah.
Ada pendapat bahwa Malioboro mungkin berasal dari nama penginapan yang diadopsi dari cerita tersebut.
Teori Bahasa Jawa dan Sanskerta
Teori ketiga menyatakan bahwa nama Malioboro berasal dari bahasa Jawa “maliabara” yang diadopsi dari bahasa Sanskerta “malyabhara”, yang berarti “dihiasi karangan bunga”.
Ini mengacu pada penggunaan bahasa Sanskerta dalam penamaan berbagai tempat di kesultanan, seperti “Ngayogyakarta” yang berasal dari “Ayodhya”.
Etimologi ini telah diulas oleh beberapa akademisi dan menjadi dasar masuk akal untuk penggunaan nama “Maliabara” sejak tahun 1755.
Teori Sumbu Filosofi Yogyakarta
Teori keempat menghubungkan penamaan Malioboro dengan Sumbu Filosofi Yogyakarta, yang menggambarkan perjalanan hidup manusia menuju Sang Pencipta.
Nama Malioboro diartikan sebagai “jadilah wali dan mengembara” yang sejalan dengan filosofi kedua ruas jalan lainnya, yaitu Marga Utama dan Marga Mulya.
Nama “Margaraja” yang pernah digunakan juga menggambarkan fungsi awal Malioboro sebagai jalan bagi tamu kerajaan menuju keraton.
–
Dari empat teori menarik ini, nama Malioboro menjadi lebih dari sekadar nama jalan.
Ia mengandung cerita sejarah, filosofi hidup, dan pesona yang begitu mendalam.
Bagaimanapun juga, jalan ini tetap menjadi saksi bisu dari perjalanan zaman dan mempesona setiap langkah yang kita ambil di Yogyakarta.
Selamat menikmati pesona Malioboro yang selalu memikat hati!
Baca Juga: Candi Prambanan: Sejarah, Kompleks, Legenda Roro Jongrang
Sejarah dan Perkembangan Jalan Malioboro di Yogyakarta
Jalan Malioboro, pusat Kota Yogyakarta, memiliki sejarah yang menarik.
Dibangun sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan oleh pemerintah Hindia Belanda pada awal abad ke-19, jalan ini terus berkembang pesat.
Nama “Malioboro” berasal dari bahasa Sanskerta “malyabhara” yang berarti karangan bunga atau ada juga yang mengaitkannya dengan nama seorang kolonial Inggris bernama Marlborough.
Selama masa kolonial, Malioboro menjadi sentra perdagangan dan memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Di sini terjadi pertempuran bersejarah antara pasukan Indonesia dengan Belanda dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949.
Hingga kini, Malioboro tetap menjadi pusat kehidupan masyarakat Yogya.
Banyak tempat strategis seperti kantor pemerintahan, pasar, dan bangunan bersejarah berada di sekitar Malioboro.
Pemerintah terus berupaya memperbaiki dan menata kawasan ini agar lebih nyaman dan tertata rapi.
Beberapa perubahan telah dilakukan, seperti pensterilan parkir kendaraan dan penataan pedestrian di sisi timur, namun warung lesehan tetap dipertahankan untuk melestarikan ciri khas Malioboro.
Dengan perkembangan terus menerus, Malioboro tetap menjadi magnet bagi pengunjung dan menghadirkan pesona yang tak tergantikan bagi kota istimewa ini.
Jalan Malioboro Era Sebelum Indonesia Merdeka
Jalan Malioboro memiliki sejarah yang kaya dan menarik sebelum kemerdekaan Indonesia.
Awalnya, jalan ini menjadi sumbu imaginer yang menghubungkan Pantai Parangkusumo, Kraton Yogya, hingga Gunung Merapi, mengandung makna sakral dan filosofis dalam kota Yogyakarta.
Dalam kerajaan, Jalan Malioboro berfungsi sebagai rajamarga, jalur utama seremonial kesultanan.
Selain itu, jalan ini digunakan untuk kunjungan resmi pejabat kolonial Belanda dan Inggris ke Keraton Yogyakarta.
Simbolis dan filosofisnya ditandai dengan dua pohon beringin kembar di Alun-alun Utara dan tugu di sebelah utara.
Sejak abad ke-18, Jalan Malioboro telah menjadi tempat berdiam berbagai etnis seperti Jawa, Tionghoa, dan Belanda.
Arsitektur pemukiman di sekitar jalan mencerminkan pengaruh Jawa, Tionghoa, dan Belanda yang menciptakan gabungan gaya unik.
Pada era kolonial, Malioboro semakin ramai dengan pembangunan Benteng Vredeburg, Dutch Club, Kediaman Gubernur Belanda, Bank Java, dan Kantor Pos.
Perdagangan antara Belanda dan Tionghoa turut mendorong perkembangan kawasan ini.
Pada tahun 1887, Jalan Malioboro dibagi menjadi dua oleh Stasiun Tugu yang dibangun.
Saat menghadapi pandemi flu Spanyol dan wabah penyakit pada 1918 dan 1932, Malioboro menjadi tempat arak-arakan keliling kota membawa pusaka kerajaan.
Pengaruh Belanda semakin terasa di sekitar Benteng Vredeburg dan selatan stasiun, sementara etnis Tionghoa mendominasi pemukiman di sepanjang jalan ini sekitar tahun 1936.
Jejak sejarah ini memberikan warna unik bagi Jalan Malioboro hingga saat ini.
Jalan Malioboro Era Setelah Indonesia Merdeka Sampai Sekarang
Jalan Malioboro tidak hanya menjadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan Indonesia, tetapi juga memiliki peran penting dalam membuktikan keberadaan angkatan perang Indonesia.
Serangan Umum 1 Maret 1949 menjadi momen bersejarah di mana pasukan merah putih berhasil menduduki Yogya setelah enam jam pertempuran sengit melawan pasukan kolonial Belanda.
Setelah kemerdekaan, Jalan Malioboro menjadi tempat pawai tahunan pasukan garnisun Yogya saat memperingati Hari Angkatan Bersenjata.
Pada tahun 1980-an, jalan ini mengalami perubahan menjadi satu arah, menghubungkan jalur kereta api di utara hingga pasar Beringharjo di selatan.
Kompleks perdana menteri (kepatihan) berada di sisi timur jalan.
Sejarahnya juga dipengaruhi oleh iklan rokok Marlboro yang terpampang di bangunan terakhir di Jalan Malioboro.
Jalan ini berkembang menjadi pusat komersial dengan berbagai toko dan menjadi destinasi wisata dan kuliner yang terkenal.
Pada tahun 2013, dua ruas jalan diubah kembali ke nama aslinya oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X, yaitu Jalan Pangeran Mangkubumi menjadi Jalan Margo Utomo, dan Jalan Jenderal Achmad Yani menjadi Jalan Margo Mulyo.
Seiring berjalannya waktu, pemerintah provinsi DIY melakukan penataan kawasan Jalan Malioboro dengan grand design semi pedestrian pada tahun 2019.
Sarana prasarana dibangun pada 2021 dengan tujuan meningkatkan minat wisatawan.
Relokasi pedagang kaki lima (PKL) ke Pusat UMKM depan Pasar Beringharjo dan bekas gedung Dinas Pariwisata DIY menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas kawasan ini.
Jalan Malioboro tetap menjadi jantung kota Yogyakarta dengan peran ekonomi, hiburan, dan kuliner yang tak ternilai.
Jejak sejarahnya berpadu dengan upaya pengembangan modern untuk menciptakan pengalaman yang menyenangkan bagi penduduk lokal dan wisatawan yang datang ke kota istimewa ini.
Baca Juga: Jam Buka, Harga Tiket Masuk Candi Prambanan Terbaru
Menelusuri Pesona Wisata Dekat Malioboro, Yogyakarta
Jalan Malioboro di Yogyakarta tak hanya menawarkan keindahan dan keseruan di sekitarnya, tetapi juga menjadi pintu gerbang menuju beragam destinasi wisata menarik yang patut dikunjungi.
Inilah beberapa rekomendasi tempat wisata dekat Malioboro yang tidak boleh terlewatkan:
Tugu Pal Putih
Monumen Tugu Yogyakarta ini berjarak sekitar 1-3 kilometer dari Malioboro, dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama 15 menit.
Selain menjadi ikon kota, tugu ini menghubungkan Pantai Parangtritis, Panggung Krapyak, Keraton Yogyakarta, dan Gunung Merapi.
Titik Nol Kilometer
Terletak dekat Malioboro, kawasan ini menawarkan suasana serupa dengan banyak pertunjukan live music dan tari, terutama di sekitar Gedung Bank Indonesia dengan arsitektur Belanda yang khas.
Jogja National Museum
Museum ini berjarak 2 kilometer dari Malioboro dan menjadi tempat seni dan budaya untuk publik.
Awalnya merupakan kompleks Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) dan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD).
Taman Pintar
Wisata dekat Malioboro yang cocok untuk keluarga dengan berbagai tempat belajar sejarah, teknologi, flora, dan fauna, seperti Ruang Planetarium dan Wahana Bahari.
Gudeg Yu Djum
Jangan lewatkan mencicipi gudeg lezat di Yogyakarta, khususnya di Gudeg Yu Djum yang terkenal dan menjadi favorit para wisatawan.
Pasar Beringharjo Jalan Malioboro
Tempat belanja khas Yogyakarta yang berjarak 700 meter dari Malioboro, menyajikan beragam barang dengan harga yang terjangkau.
Gembira Loka Zoo
Kebun binatang di Yogyakarta yang cocok untuk wisata keluarga dengan berbagai atraksi hewan dan wahana seru untuk anak-anak.
Museum Sonobudoyo
Menyimpan koleksi geologi hingga teknologi, museum ini bersejarah dan dekat dengan Malioboro, namun tidak beroperasi pada hari Senin.
Alun-alun Kidul
Tempat ini terkenal dengan Pohon Beringin Kembar, yang diyakini bisa membawa keberuntungan jika berhasil dilewati dengan mata tertutup.
Taman Sari
Wisata dekat Malioboro ini merupakan reruntuhan taman air dan pemandian putri kerajaan, yang memberikan nuansa sejarah yang menarik.
Plang Jalan Malioboro
Jangan lupa berfoto dengan plang jalan Malioboro yang ikonik, menjadi penanda bahwa Anda sedang berada di Jogjakarta.
Alun-Alun Utara
Halaman depan Keraton Yogyakarta yang sering digunakan untuk acara-acara terkait keraton.
Museum Kereta
Museum ini memiliki koleksi lengkap kereta-kereta yang digunakan oleh raja dan kerabatnya, berlokasi di barat daya alun-alun utara.
Keraton Yogyakarta
Istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang menghiasi sejarah dan budaya Yogyakarta.
Nikmati pesona Yogyakarta dengan menjelajahi destinasi wisata dekat Malioboro yang menarik dan bervariasi.
Kota istimewa ini akan memberikan pengalaman tak terlupakan bagi para pengunjungnya.
Kawasan Wisata Belanja Teras Malioboro
Teras Malioboro adalah destinasi wisata belanja di Jogja yang menawarkan pengalaman kuliner, belanja oleh-oleh, aksesoris, dan kerajinan khas Jogja.
Di sini, pengunjung dapat menikmati makanan khas seperti gudeg, sate koyor, lotek, bakso, dan mie ayam.
Selain itu, terdapat berbagai produk makanan, jajanan, aksesoris, baju, dan kaos yang dapat dijadikan buah tangan khas Jogja.
Para wisatawan juga dapat menemukan kerajinan unik seperti gelang kayu, gantungan kunci, dan souvenir nikah.
Dengan berbelanja di Teras Malioboro, kamu dapat bergaya ala orang Jogja dan membawa pulang kenang-kenangan yang menunjukkan bahwa pernah mengunjungi Jogja.
Baca Juga: Sendratari Ramayana Prambanan: Tiket, Jadwal Pentas
Pilihan Penginapan Dekat Jalan Malioboro: Dari Hotel Berbintang hingga Guest House
Malioboro, sebagai pusat wisata terkenal di Yogyakarta, menawarkan beragam pilihan penginapan yang nyaman dan sesuai dengan berbagai kebutuhan wisatawan.
Berikut adalah beberapa rekomendasi hotel dan penginapan dekat Malioboro Jogja yang patut dipertimbangkan:
- Hotel Neo Malioboro: Terletak di Jl. Pasar Kembang, hotel ini sangat dekat dengan Malioboro dan Stasiun Tugu. Menyajikan pemandangan indah Merapi dari kolam renangnya, hotel ini menawarkan kamar modern minimalis dengan tarif mulai dari 500 ribuan. Layanan parkir valet tersedia untuk kenyamanan tamu.
- Grand Inna Malioboro: Hotel legendaris yang awalnya dikenal sebagai Hotel Garuda ini memiliki bangunan bergaya kolonial yang megah. Menawarkan kamar klasik yang luas dan banyak ruang pertemuan, tarifnya mulai dari 900 ribuan. Area parkir hotel yang luas memudahkan para tamu.
- POP! Hotel Malioboro: Sebagai hotel bujet, POP! Hotel terletak di Jl. Gandekan, hanya 500 meter sebelah barat dari Jl. Malioboro. Meskipun kamarnya kecil, tetapi sofa yang dapat dijadikan tempat tidur tambahan membuatnya cocok bagi keluarga. Tarifnya dimulai dari 300 ribuan dengan sarapan yang terbatas.
- Hotel Ibis Malioboro: Berlokasi di Jl. Malioboro dan memiliki “pintu rahasia” ke Mal Malioboro, Hotel Ibis menawarkan kamar yang bersih dan nyaman dengan tarif mulai dari 600 ribuan. Menu sarapan yang bervariasi dan area parkir yang luas menambah nilai plus.
- Phoenix Hotel Yogyakarta – MGallery Collection: Merupakan hotel bersejarah yang berlokasi di Jl. Malioboro. Hotel ini menawarkan suasana kolonial yang elegan dengan sentuhan modern. Kamarnya sangat nyaman dan pelayanan yang ramah. Pengalaman menginap di hotel ini akan membawa Anda merasakan suasana masa lampau yang terasa begitu autentik.
- Hotel Harper Mangkubumi: Terletak di Jl. Mangkubumi, hotel ini berjarak tidak jauh dari Malioboro. Kamarnya modern dan fasilitas yang memadai, termasuk kolam renang dan restoran yang menyajikan hidangan lezat. Hotel Harper Mangkubumi menawarkan kenyamanan dan kemudahan akses ke pusat kota Yogyakarta.
- Whiz Hotel Yogyakarta: Hotel budget yang terletak di Jl. Dagen ini menawarkan kamar yang bersih dan nyaman dengan tarif terjangkau. Lokasinya sangat strategis, hanya beberapa menit berjalan kaki dari Malioboro. Cocok bagi wisatawan yang mengutamakan nilai dan lokasi yang baik.
- Hotel Mutiara Malioboro: Hotel ini terletak di Jl. Malioboro dan menawarkan pemandangan langsung ke jalan utama yang ramai. Kamar-kamarnya cukup luas dan dilengkapi dengan fasilitas yang nyaman. Selain itu, Anda akan mudah menemukan banyak tempat kuliner dan belanja di sekitar hotel ini.
- Swiss-Belboutique Yogyakarta: Hotel bintang 4 yang terletak di Jl. Jend. Sudirman menawarkan kamar-kamar modern dan elegan. Hotel ini memiliki fasilitas lengkap, termasuk kolam renang, pusat kebugaran, dan restoran. Dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari Malioboro, hotel ini merupakan pilihan yang baik untuk wisatawan yang menginginkan kenyamanan dan fasilitas yang baik.
- Pesonna Malioboro Hotel: Terletak di Jl. Kemetiran, hotel ini menawarkan kamar-kamar yang modern dengan desain minimalis. Lokasinya sangat strategis, hanya beberapa menit berjalan kaki dari Malioboro dan tempat-tempat wisata utama di Yogyakarta. Hotel ini cocok untuk para wisatawan yang mencari akomodasi dengan harga terjangkau namun tetap nyaman.
Selain hotel berbintang, beberapa penginapan murah dan losmen juga tersedia di gang-gang kecil dekat Malioboro.
Tarifnya lebih terjangkau, rata-rata di bawah 200 ribu rupiah, namun fasilitasnya sederhana dan sebagian besar tidak menyediakan area parkir mobil.
Bagi backpacker yang mencari penginapan dengan tarif yang lebih terjangkau, beberapa opsi tersedia dalam radius 3 km dari Malioboro.
Ada penginapan dengan tarif 60 ribu/malam yang dapat menampung hingga 4 orang, serta tarif 50 ribu/malam untuk kamar dengan AC dan TV.
Untuk wisatawan yang membawa keluarga, mempertimbangkan menginap di guest house dekat Malioboro bisa menjadi pilihan.
Guest house menyediakan fasilitas lengkap dengan dapur dan mesin cuci untuk kenyamanan tamu.
Meskipun sulit menemukan guest house yang sangat dekat dengan Malioboro karena harga tanah yang tinggi, sebagian besar masih dapat dijangkau dalam radius 5 km dari Malioboro.
Dengan beragam pilihan penginapan yang ada, wisatawan dapat menyesuaikan pilihan sesuai dengan anggaran dan kebutuhan mereka saat menjelajahi pesona Yogyakarta.
Baca Juga: Jam Buka, Harga Tiket Candi Borobudur Terbaru
5 Alasan Utama Kenapa Anda Harus Mengunjungi Jalan Malioboro?
Mengunjungi Jalan Malioboro di Yogyakarta selalu menyenangkan, dan berikut beberapa alasan mengapa Anda harus menjadikan wisata dekat Malioboro sebagai salah satu tujuan perjalanan Anda:
- Suasana Klasik dari Malioboro: Jalan Malioboro menawarkan suasana klasik dan vintage yang memikat hati para pengunjung. Sudut-sudutnya yang indah dan romantis cocok untuk diabadikan dalam foto-foto, baik sebagai dokumentasi perjalanan maupun sebagai foto yang instagramable.
- Live Music di Malioboro: Di sepanjang Jalan Malioboro, Anda akan menemukan banyak musisi jalanan yang memiliki bakat luar biasa dalam menyajikan seni musik. Mulai dari musik tradisional hingga musik modern, live music di Malioboro menambah semarak dan hangatnya suasana wisata dekat Malioboro.
- Pengalaman Naik Delman di Sekitaran Malioboro: Pengalaman wisata dekat Malioboro semakin seru jika Anda naik delman yang banyak tersedia di sekitarnya. Naik delman akan membuat Anda lebih dekat dengan suasana kota Yogyakarta. Namun, jangan lupa untuk pandai menawar harga agar ongkosnya tidak terlalu mahal.
- Harga Kaki Lima, Kualitas Bintang Lima: Di sepanjang Malioboro, Anda akan menemukan banyak pedagang kaki lima yang menawarkan beragam kerajinan tangan, makanan, dan barang unik lainnya. Harga yang terjangkau namun kualitas yang baik membuat wisata dekat Malioboro semakin menarik, terutama untuk berbelanja oleh-oleh khas Yogyakarta.
- Jajanan Sekitaran Malioboro: Wisata dekat Malioboro menjadi lebih lengkap dengan menjelajahi kuliner khasnya. Di sini, Anda dapat menikmati berbagai makanan khas Yogyakarta, seperti gudeg, wedang ronde, dan angkringan. Banyak pedagang jajanan yang menyediakan tempat lesehan yang nyaman, memungkinkan Anda menikmati sajian kuliner sambil menikmati indahnya kota Yogyakarta.
Dengan segala pesonanya, Jalan Malioboro menjadi destinasi wisata yang menarik dan penuh kenangan.
Nikmati suasana klasik, seni musik, naik delman, berbelanja oleh-oleh, dan menikmati kuliner khas Yogyakarta di wisata dekat Malioboro yang menyenangkan ini.
Wisata Malam Jalan Malioboro Cocok untuk Spot Foto dan Kulineran!
Jalan Malioboro tidak hanya menawarkan pesona pada siang hari, tetapi juga memiliki daya tarik yang khas saat malam tiba.
Suasananya yang meriah dan penuh lampu-lampu LED menciptakan suasana yang indah dan instagram-able.
Beberapa tempat wisata malam yang direkomendasikan di Jalan Malioboro antara lain:
- Titik Nol Kilometer Jogja: Tempat nongkrong strategis di depan alun-alun utara dengan hiburan budaya dan suasana meriah kota Yogyakarta.
- Gedung-gedung Tua: Berfoto di gedung-gedung tua seperti kantor pos, Bank Indonesia, dan gedung BNI menjadi pilihan yang menarik untuk mengabadikan momen liburan.
- Pusat Wisata Kuliner Jogja: Jalan Malioboro menjadi surganya belanja dan kuliner. Coba nikmati kuliner khas seperti Lumpia Samijaya dengan kulit krispi dan saus manis yang menggugah selera. Juga, jangan lewatkan Mie Ayam Grabyas yang lezat di tempat ini.
Wisata malam di Jalan Malioboro menghadirkan pengalaman berbeda dengan suasana meriah, pemandangan indah, dan kuliner lezat.
Nikmati momen liburan yang estetik dengan hasil foto yang instagram-able di malam hari.
Jelajahi keindahan kota Yogyakarta dan rasakan sensasi wisata malam yang tak terlupakan di Jalan Malioboro!
Baca Juga: Candi Borobudur: Sejarah, Relief, Peristiwa
Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Seputar Jalan Malioboro
Dapatkan jawaban untuk pertanyaan yang sering diajukan seputar Jalan Malioboro, dari tips belanja, kuliner, hingga budaya lokal di tahun 2025.
Optimalkan kunjungan Anda ke ikon Yogyakarta ini dengan informasi yang lengkap dan akurat!
Apa yang menarik di Jalan Malioboro?
- Pasar Beringharjo: Nikmati berbelanja di pasar tradisional ini yang menawarkan kerajinan khas Jogja dan beragam souvenir.
- Museum Benteng Vredeburg: Jelajahi sejarah Indonesia melalui koleksi menarik di museum bersejarah ini.
- Titik Nol Kilometer: Rasakan momen istimewa berada di titik pusat kota Jogja yang tak terlupakan.
- Museum Sonobudoyo: Temukan warisan budaya dan seni Jawa yang kaya di museum ini.
- Tugu Pal Putih: Menjadi simbol keagungan Jogja, Tugu Pal Putih menjadi spot foto yang tak boleh dilewatkan!
Masuk ke Malioboro bayar berapa?
Anda beruntung, karena untuk mengunjungi Malioboro Jogja Anda tidak akan dikenakan biaya sepeser pun alias GRATIS!
Apakah Jalan Malioboro boleh dilewati kendaraan?
Mulai tahun 2019, di kawasan Malioboro terdapat aturan baru yang membebaskan jalan dari kendaraan bermotor pada pukul 18.00 – 21.00 WIB, kecuali kendaraan umum Trans Jogja dan kendaraan pelayanan masyarakat seperti truk pengangkut sampah, ambulans, dan mobil pemadam kebakaran.
Apa ciri khas utama dari Malioboro?
Malioboro terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas Jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menyediakan kuliner khas seperti gudeg. Selain itu, jalan ini menjadi tempat berkumpulnya para seniman yang sering mengekspresikan bakat mereka dalam bermain musik, melukis, dan berbagai aktivitas seni lainnya.
Malioboro dekat dengan stasiun apa?
Malioboro berdekatan dengan Stasiun Tugu/Yogyakarta, stasiun utama di Jogja. Stasiun ini menjadi pilihan utama bagi para pelancong untuk mencapai Jogja karena letaknya yang strategis membelah kawasan wisata Malioboro.
Car Free Night Malioboro jam berapa?
Car Free Night di Malioboro berlangsung pada hari biasa mulai pukul 18.00 hingga 21.00 WIB.
Pasar di Malioboro namanya apa?
Pasar Beringharjo di Malioboro, adalah pusat kota. Dulunya dikenal sebagai hutan beringin, dari sinilah berasal kata “bering”.
Kapan Jalan Malioboro dibangun?
Pada abad ke-19, pemerintah Hindia Belanda membangun Malioboro sebagai pusat perekonomian. Nama Malioboro mulai populer pada era kolonial (1790-1945).
Jalan Malioboro ada di kecamatan apa?
Malioboro terletak di Kecamatan Gedongtengen, Kota Yogyakarta, yang menjadi pusat kegiatan bisnis tersibuk. Malioboro menjadi ikon kota Yogyakarta karena menjadi jalan terkenal bagi para pelancong.
Apakah boleh merokok di Jalan Malioboro?
Tidak boleh. Sejak 12 November 2020, Pemerintah Kota Yogyakarta menetapkan kawasan Malioboro sebagai Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Pelanggaran merokok di kawasan ini akan dikenakan denda sebesar Rp7,5 juta sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2017.
Mengapa Malioboro disebut sebagai surganya belanja?
Malioboro disebut sebagai surga belanja karena tidak hanya menawarkan fashion dan aksesoris, tetapi juga berbagai jenis kuliner khas Jogja. Malioboro menjadi destinasi belanja utama di kota Yogyakarta.
Berapa menit dari stasiun Jogja ke Malioboro?
Hanya memerlukan waktu sekitar 5 menit untuk mencapai Malioboro dari Stasiun Tugu Yogyakarta dengan berjalan kaki. Kawasan ini telah dilengkapi dengan bangku-bangku panjang, lampu jalan, dan spot foto yang menarik.
Berapa harga naik delman di Jalan Malioboro?
Tarif delman di Malioboro sangat terjangkau, yakni sekitar Rp 150.000. Delman akan mengajak Anda berkeliling dari Malioboro menuju kompleks Keraton Yogyakarta.
Apakah Malioboro dekat dengan Borobudur?
Jarak antara Malioboro dan Candi Borobudur hanya sekitar 40 km atau 1,5 jam berkendara.
Apa arti nama Malioboro secara etimologis?
Nama Malioboro berasal dari bahasa Sanskerta “Malyabhara”, yang berarti karangan bunga. Namun, beberapa ahli juga menyebutkan bahwa nama Malioboro mungkin berasal dari nama seorang kolonial Inggris bernama Marlborough yang pernah tinggal di Yogyakarta pada tahun 1811 – 1816 M.
Apakah di Malioboro ada toilet?
Ya, kawasan Malioboro telah dipoles dan kini dilengkapi dengan trotoar yang nyaman untuk pejalan kaki. Selain itu, terdapat toilet khusus yang berada di dekat Malioboro, bahkan toilet ini berada di bawah permukaan alias underground.
Di Malioboro ada jual apa saja?
Di Pasar Sore Malioboro, Anda dapat menemukan berbagai macam barang seperti tas, sepatu, sandal, souvenir, gantungan kunci, kaos, baju batik, celana batik, serta beragam kuliner dan bakpia yang menggoda selera. Nikmati pengalaman belanja yang menyenangkan dan lengkap di kawasan Malioboro!