Review Wisata Goa Selarong di Bantul: Menelusuri Jejak Sejarah Pangeran Diponegoro dalam Keindahan Alam Yogyakarta

Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, ternyata tidak hanya dikenal dengan keelokan pantai selatan dan kerajinan gerabahnya yang mendunia. Di wilayah ini, tersimpan pula sebuah destinasi wisata sejarah dan alam yang kaya akan nilai spiritual sekaligus patriotik, yakni Goa Selarong. Berlokasi di Dusun Kembang Putihan, Desa Gowasari, Kecamatan Pajangan, Goa Selarong memadukan keindahan lanskap alam pegunungan kapur dengan cerita perjuangan salah satu pahlawan nasional terbesar Indonesia, Pangeran Diponegoro.

Dalam artikel Explore Jogja ini, kita akan meninjau lebih dalam daya tarik Goa Selarong dari berbagai aspek mulai dari sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro, keunikan goanya, pesona alam sekitarnya, hingga fasilitas, harga tiket, serta rute menuju lokasi. Artikel ini diharapkan dapat menjadi referensi lengkap bagi Anda yang hendak berwisata sejarah sekaligus menikmati alam asri Bantul.

Daya Tarik Goa Selarong: Pesona Alam, Cerita Mistis, dan Sejarah yang Menyatu

Daya Tarik Goa Selarong: Pesona Alam, Cerita Mistis, dan Sejarah yang Menyatu

Goa Selarong terletak di jajaran bukit kapur yang menjulang setinggi kurang lebih 35 meter, dihiasi dengan pepohonan rindang di sekelilingnya. Vegetasi lebat ini memberikan suasana teduh dan asri, cocok sebagai tempat melepas penat dari kesibukan perkotaan. Tak hanya menawarkan panorama alam menawan, Goa Selarong juga sarat dengan cerita sejarah dan kisah mistis yang berkembang turun-temurun di kalangan warga sekitar.

Penduduk lokal meyakini, goa ini memiliki pintu gaib. Konon, ketika Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya memasuki goa untuk bersembunyi dari kejaran Belanda, mereka sama sekali tidak terlihat dari luar. Hal ini menimbulkan kepercayaan bahwa Goa Selarong memiliki jalur khusus yang tak kasat mata manusia biasa.

Struktur dan Keunikan Goa Selarong: Perpaduan Alam, Arkeologi, dan Spiritualitas

Cerita mistis lainnya mengatakan, pada malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon, sering terdengar alunan musik tradisional Jawa atau gending yang sayup-sayup terdengar dari dalam goa. Namun ketika ditelusuri, tidak ditemukan aktivitas apapun. Fenomena ini makin menambah aura magis Goa Selarong, membuat wisatawan tertarik sekaligus penasaran untuk menyaksikan langsung tempat penuh misteri ini.

Tak berhenti pada sisi spiritual dan mistis, Goa Selarong juga memegang peranan penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya pada periode Perang Jawa (1825-1830). Goa ini menjadi markas strategis sekaligus tempat perlindungan Pangeran Diponegoro dan pasukannya dalam menjalankan taktik perang gerilya melawan dominasi VOC. Oleh sebab itu, Goa Selarong tidak hanya menjadi destinasi wisata alam biasa, melainkan juga menjadi monumen hidup yang merekam perjuangan bangsa merebut kemerdekaan.

Jejak Perjuangan Pangeran Diponegoro: Goa Selarong sebagai Markas Gerilya Melawan Belanda

Jejak Perjuangan Pangeran Diponegoro: Goa Selarong sebagai Markas Gerilya Melawan Belanda

Sejarah mencatat, pada 21 Juli 1825, pasukan Belanda yang dipimpin oleh Asisten Residen Chevallier mengepung kediaman Pangeran Diponegoro di Tegalrejo dengan tujuan menangkap sang Pangeran. Namun berkat kesiapan dan kecermatan taktiknya, Pangeran Diponegoro berhasil meloloskan diri ke arah selatan Yogyakarta dan memilih Goa Selarong di Bantul sebagai basis pertahanan.

Selarong yang dulunya dikenal sebagai kawasan hutan dengan nama Alas Gempol, dipilih karena letaknya strategis di kaki bukit kapur, hanya sekitar 9 kilometer dari pusat kota Yogyakarta. Dengan topografi berbukit dan vegetasi lebat, tempat ini menjadi lokasi ideal untuk bersembunyi sekaligus menyusun siasat melawan VOC.

Dalam waktu singkat, banyak bangsawan dari keraton yang bergabung bersama Pangeran Diponegoro. Tercatat tidak kurang dari 77 bangsawan keturunan Sultan Hamengkubuwono I, II, dan III yang meninggalkan istana untuk ikut mengangkat senjata. Tokoh penting tersebut antara lain Pangeran Mangkubumi, Pangeran Adinegoro, Pangeran Panular, Kyai Modjo, serta Alibasah Sentot Prawirodirjo.

Dari Goa Selarong inilah, Pangeran Diponegoro memimpin ribuan pasukan, memobilisasi warga sekitar, menyusun strategi, hingga mengirim surat kepada masyarakat Kedu untuk mempersiapkan pemberontakan. Pada 31 Juli 1825, surat ajakan perang dikirimkan untuk merebut kembali wilayah yang secara historis adalah milik Kasultanan Yogyakarta.

Dari Goa Selarong inilah, Pangeran Diponegoro memimpin ribuan pasukan, memobilisasi warga sekitar, menyusun strategi, hingga mengirim surat kepada masyarakat Kedu untuk mempersiapkan pemberontakan.

Serangan demi serangan kemudian diluncurkan dari Goa Selarong. Puncaknya pada 7 Agustus 1825, pasukan Diponegoro yang berjumlah sekitar 6.000 orang berhasil merebut kota Yogyakarta. Namun dengan bijak, Pangeran Diponegoro tidak menempati kota itu dan membiarkan Sultan Hamengkubuwono V tetap diamankan di Benteng Vredeburg.

Belanda yang panik segera mengangkat Letnan Jenderal De Kock sebagai komandan operasi. De Kock sempat mencoba mengajak Pangeran Diponegoro berdamai lewat surat, namun ditolak mentah-mentah. Akhirnya Belanda tiga kali menyerbu Goa Selarong, tetapi setiap kali datang, pasukan Diponegoro telah berpencar menghilang, menggunakan jalur-jalur tersembunyi dan goa-goa di sekitar Selarong.

Keberadaan Goa Selarong dengan demikian tidak hanya menyimpan cerita heroik, tetapi juga menjadi simbol kecerdikan strategi perang gerilya yang menjadi salah satu kunci panjangnya Perang Jawa.

Struktur dan Keunikan Goa Selarong: Perpaduan Alam, Arkeologi, dan Spiritualitas

Secara administratif, Goa Selarong berada di Bukit Selarong, Padukuhan Kauman, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak. Situs ini terdiri dari dua goa utama yang masing-masing memiliki kisah tersendiri, yaitu Goa Selarong Kakung dan Goa Selarong Putri.

Goa Selarong Kakung

Goa Selarong Kakung

Goa ini terletak di sisi barat, dipercaya sebagai tempat semadi utama Pangeran Diponegoro. Goa Kakung memiliki panjang mulut sekitar 2,64 meter, tinggi mulut 1,7 meter, kedalaman 4,03 meter, dan tinggi ruang dalam 1,85 meter. Uniknya, pada mulut gua terdapat profil pahatan mirip kala yang belum selesai (unfinished). Selain itu, dinding timur dan baratnya dihiasi panil serta pilar berpola Hindu, menunjukkan bahwa gua ini telah digunakan jauh sebelum masa Diponegoro, kemungkinan pada zaman Hindu sebagai tempat ritual.

Di dalam gua terdapat altar hasil pahatan dengan ukuran sekitar 281 cm x 98 cm x 109 cm. Keberadaan dua buah yoni terbalik di depan mulut gua mempertegas indikasi bahwa situs ini pernah menjadi tempat pemujaan Hindu. Kini area sekitar mulut gua telah dipercantik dengan pagar tembok dan lantai ubin batu andesit yang dibangun pada tahun 2016.

Goa Selarong Putri

Goa Selarong Putri

Berjarak sekitar 50 meter ke timur dari Goa Kakung, Goa Putri memanjang barat ke timur dengan mulut menghadap selatan. Ukurannya lebih besar, panjang mulut 9,85 meter, tinggi 1,4 meter, kedalaman 7,54 meter, serta tinggi dalam 2,52 meter. Goa ini terbentuk secara alami dari pelapukan batu kapur. Konon merupakan tempat peristirahatan Raden Ayu Ratnaningsih, istri Pangeran Diponegoro.

Keindahan Goa Putri bertambah dengan akar-akar pohon besar yang menjalar masuk ke dalam goa, menciptakan suasana magis dan menenangkan. Sama seperti Goa Kakung, mulut gua juga dilengkapi pagar tembok serta lantai batu andesit, membuatnya aman dijelajahi oleh wisatawan.

Keindahan Alam dan Aktivitas Wisata di Sekitar Goa Selarong

Selain nilai sejarah yang tinggi, Goa Selarong juga merupakan salah tempat wisata di Jogja yang dikelilingi pemandangan alam menawan. Pohon-pohon tinggi berkanopi lebat membuat udara di sini sejuk meskipun matahari sedang terik. Suara burung bersahutan, gemerisik dedaunan, serta angin pegunungan yang lembut menambah sensasi damai.

Tak jauh dari lokasi goa, terdapat air terjun kecil yang menjadi pelengkap keindahan kawasan ini. Pemandangan air terjun akan tampak sangat memesona pada musim hujan ketika debit air melimpah. Banyak wisatawan menghabiskan waktu duduk santai menikmati gemericik air sambil menyesap hangatnya wedang jahe atau teh di warung setempat.

Goa Selarong juga rutin menjadi tuan rumah acara budaya Grebeg Selarong, sebuah tradisi masyarakat yang menggunakan hasil bumi sebagai wujud syukur. Hasil bumi diarak keliling desa sebelum berpusat di area Goa Selarong, dilanjutkan dengan doa bersama serta pentas kesenian tradisional. Acara ini menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan yang ingin merasakan budaya lokal.

Review Wisata Goa Selarong di Bantul: Menelusuri Jejak Sejarah Pangeran Diponegoro dalam Keindahan Alam Yogyakarta

Wisata Sejarah, Alam, dan Religi yang Lengkap di Goa Selarong Bantul

Goa Selarong di Bantul bukan hanya sebuah destinasi wisata biasa, tetapi menjadi representasi sempurna perpaduan sejarah perjuangan, keindahan alam, serta spiritualitas yang kental. Dari markas gerilya Pangeran Diponegoro yang menggetarkan VOC, keunikan goa-goa kapur dengan ornamen Hindu kuno, hingga teduhnya alam sekitar yang memanjakan jiwa, semua berpadu harmonis dalam satu tempat.

Jika Anda berkunjung ke Yogyakarta, sempatkanlah singgah ke Goa Selarong. Di sini, Anda tidak hanya akan menikmati lanskap alami yang memesona, tetapi juga berjalan menelusuri lorong waktu, merasakan denyut semangat juang yang tak pernah padam dari bumi Mataram.

Fasilitas, Harga Tiket, Jam Operasional, dan Rute ke Goa Selarong

Meski merupakan destinasi wisata sejarah dan alam, Goa Selarong sudah dilengkapi fasilitas pendukung yang cukup memadai. Di sini tersedia area parkir luas, kamar mandi umum, pendopo, serta beberapa warung makan yang menjajakan hidangan tradisional khas Jawa.

Untuk menikmati seluruh keindahan dan sejarahnya, pengunjung hanya perlu membayar tiket masuk sebesar Rp 3.000 saja. Goa Selarong buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB.

Akses menuju Goa Selarong cukup mudah ditempuh dengan kendaraan pribadi. Dari pusat Kota Yogyakarta, ambil jalur menuju Jalan Bantul, lalu setelah melewati gapura selamat datang Kota Bantul, ikuti jalur hingga bertemu lampu merah dan belok kanan. Dari sana sudah terdapat papan penunjuk arah menuju Goa Selarong. Jarak tempuh sekitar 14,4 kilometer atau sekitar 30 menit perjalanan.

Alamat dan Peta Lokasi

Alamat: Waktu Gedug, Guwosari, Pajangan, Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta 55751


Rizki

Rizki

Rizki Purnama adalah seorang travel content writer berbakat dengan pengalaman dalam menulis tentang destinasi wisata dan petualangan. Ia memiliki kecintaan yang mendalam terhadap dunia perjalanan dan selalu bersemangat untuk berbagi pengalaman dan cerita menarik melalui tulisannya.
https://xplorejogja.com