Embung Nglanggeran: Telaga Buatan Bernuansa Alam di Puncak Gunung Api Purba Gunungkidul

Embung Nglanggeran adalah telaga buatan yang berhasil menyatukan fungsi ekologis, estetika, dan edukasi dalam satu lokasi yang menawan. Dari sejarahnya sebagai proyek konservasi air untuk membantu petani lokal, kini embung ini berkembang menjadi destinasi wisata alam populer di Gunungkidul. Dengan panorama indah, fasilitas lengkap, jalur akses yang baik, dan harga tiket yang terjangkau, Embung Nglanggeran layak menjadi pilihan utama saat Anda berlibur ke Yogyakarta. Berikut ulasan dari xplorejogja.com!

Mengenal Lokasi dan Sejarah Embung Nglanggeran

Embung Nglanggeran: Telaga Buatan Bernuansa Alam di Puncak Gunung Api Purba Gunungkidul

Embung Pertama di Gunung Api Purba

Embung Nglanggeran adalah telaga buatan yang terletak di ketinggian kawasan Gunung Api Purba, sebuah situs geologi kuno yang telah lama tidak aktif dan kini menjadi destinasi wisata unggulan di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Telaga ini berada di Dusun Nglanggeran Wetan, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, dan memiliki daya tarik unik karena lokasinya yang tidak biasa—berada di atas bukit, bukan di dasar lembah seperti embung pada umumnya.

Dibangun pada tahun 2012 dan diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada 19 Februari 2013, Embung Nglanggeran merupakan inisiatif pemerintah daerah yang bertujuan untuk mengatasi persoalan ketersediaan air di wilayah perbukitan Gunungkidul. Daerah ini secara historis dikenal sebagai kawasan kering yang mengalami defisit air pada musim kemarau. Maka, fungsi utama embung ini awalnya bukanlah sebagai destinasi wisata, melainkan sebagai sarana penampungan air hujan yang difungsikan untuk mengairi kebun buah warga yang membentang di bawah bukit.

Fungsi Awal sebagai Penampungan Air

Embung Nglanggeran memiliki dimensi sekitar 60 meter x 60 meter dengan kedalaman mencapai 3 meter. Air yang ditampung berasal dari mata air di lereng Gunung Api Purba, dialirkan melalui pipa-pipa khusus ke dalam embung. Keberadaan telaga ini menjadi penyokong utama untuk kebun buah seluas lebih dari 18 hektare yang menghasilkan berbagai komoditas seperti durian montong, kelengkeng, kakao, alpukat, dan rambutan.

Keberhasilan fungsi embung dalam mendukung pertanian lantas menjadikan kawasan ini diperhatikan lebih lanjut dari sisi potensi wisata di Jogja. Pemandangan indah yang tercipta dari posisi embung di atas bukit, dengan latar belakang Gunung Api Purba yang megah, menarik perhatian banyak wisatawan lokal maupun luar daerah. Seiring meningkatnya jumlah pengunjung, pengelolaan pun mulai diarahkan sebagai kawasan wisata terpadu, dilengkapi fasilitas umum, spot foto, dan aktivitas rekreasi lainnya.

Embung ini tidak hanya menjadi bukti keberhasilan program konservasi air di daerah kering, tetapi juga contoh sinergi antara infrastruktur fungsional dan pengembangan pariwisata berbasis alam.

Baca Juga: Puncak Kosakora, Tempat Wisata di Gunungkidul

Keunikan Telaga Buatan di Atas Perbukitan

Keunikan Telaga Buatan di Atas Perbukitan Gunungkidul

Fungsi Awal sebagai Penampungan Air

Embung Nglanggeran memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh embung lain di Indonesia. Letaknya yang berada di puncak perbukitan menjadikannya sebagai salah satu embung tertinggi yang dibangun di wilayah Gunungkidul. Secara teknis, telaga buatan ini adalah hasil dari proyek konservasi air untuk menanggulangi kekeringan tahunan yang terjadi di wilayah kars Gunungkidul, terutama di kawasan pertanian lereng Gunung Api Purba.

Alih-alih hanya menjadi penampung air hujan pasif, embung ini juga berfungsi sebagai pusat distribusi air untuk area perkebunan buah di bawahnya. Air dari embung dialirkan melalui sistem perpipaan menuju kebun buah yang ditanami durian, kelengkeng, kakao, dan alpukat. Para petani lokal yang sebelumnya harus menempuh jarak cukup jauh untuk mengambil air kini mendapatkan pasokan yang lebih mudah dan efisien. Perubahan ini tidak hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar.

Namun seiring waktu, masyarakat dan pemerintah melihat potensi lain dari keberadaan embung ini. Posisinya yang strategis—berada di atas bukit dengan panorama Gunung Api Purba di satu sisi dan lembah hijau di sisi lainnya—menjadikannya lokasi yang sangat fotogenik. Dari tempat ini, wisatawan dapat melihat cakrawala luas, langit biru yang bersih, dan hamparan awan yang seolah menyentuh permukaan telaga. Inilah yang menjadi titik awal transformasi fungsi embung dari sekadar penampungan air menjadi objek wisata favorit.

Dari perspektif arsitektur lanskap, Embung Nglanggeran menyajikan desain yang sederhana namun harmonis. Permukaan air yang tenang kontras dengan tekstur perbukitan dan vegetasi sekitarnya. Tidak heran jika banyak fotografer dan wisatawan menjadikan embung ini sebagai latar belakang ideal untuk konten media sosial, foto prewedding, hingga dokumentasi pariwisata.

Menariknya, meskipun saat ini embung telah dikenal sebagai destinasi wisata, pemerintah dan warga setempat tetap menjaga fungsi utamanya sebagai infrastruktur pendukung pertanian. Dengan demikian, wisatawan yang datang tidak hanya disuguhi keindahan alam, tetapi juga dapat belajar mengenai sistem konservasi air dan pertanian terpadu yang berbasis kearifan lokal.

Singkatnya, Embung Nglanggeran adalah representasi sempurna dari penggabungan antara kebutuhan ekologis dan potensi ekonomis, serta antara fungsi dasar dan estetika yang tumbuh secara alami dari kawasan yang dulunya dikenal tandus menjadi tempat yang hidup dan produktif.

Beragam Aktivitas Wisata yang Bisa Dilakukan

Beragam Aktivitas Wisata yang Bisa Dilakukan Di Embung Nglanggeran: Sunrise, Sunset, dan Spot Foto Instagramable

Sunrise, Sunset, dan Spot Foto Instagramable

Embung Nglanggeran bukan hanya sekadar telaga buatan biasa. Keberadaannya di atas perbukitan menjadikan tempat ini memiliki nilai lebih sebagai destinasi wisata yang memadukan rekreasi alam, olahraga ringan, hingga fotografi lanskap. Salah satu aktivitas paling diminati para wisatawan saat mengunjungi embung ini adalah menikmati panorama matahari terbit (sunrise) dan terbenam (sunset) yang memesona.

Saat pagi hari, wisatawan yang tiba sebelum pukul 06.00 WIB akan disambut dengan suasana yang sangat damai. Cahaya jingga mulai menyusup di antara kabut tipis yang menyelimuti perbukitan. Embung yang airnya tenang memantulkan warna langit pagi, menciptakan pemandangan dramatis yang ideal untuk dipotret atau sekadar dinikmati dalam keheningan. Sementara itu, saat sore hari, cahaya keemasan dari matahari terbenam membuat area sekitar embung berubah menjadi lokasi romantis dan syahdu. Tak heran banyak pasangan yang memilih datang sore hari untuk menikmati suasana senja bersama.

Selain itu, Embung Nglanggeran juga memiliki sejumlah titik yang sangat Instagramable. Salah satunya adalah jembatan kayu di sisi selatan embung, yang mengarah langsung ke spot dengan sudut pandang terbaik menghadap Gunung Api Purba. Jembatan ini sering menjadi lokasi foto favorit karena latar belakangnya yang megah dan tak terganggu oleh elemen buatan manusia lainnya. Ada pula rumah pohon kecil dan gardu pandang yang memberikan perspektif lebih tinggi untuk memotret area embung dari atas.

Bagi wisatawan yang senang berjalan kaki atau berolahraga ringan, area sekitar embung menawarkan lintasan trekking yang tidak terlalu berat. Jalur ini mengelilingi kawasan telaga dan melintasi kebun-kebun buah yang ditanam oleh warga. Aktivitas berjalan santai atau jogging ringan di jalur ini sangat digemari pada pagi hari, terutama karena udaranya yang sejuk dan bebas polusi.

Aktivitas lain yang tak kalah menarik adalah piknik keluarga. Banyak pengunjung membawa tikar dan perbekalan dari rumah untuk dinikmati di gazebo atau di tepi embung. Suasana alam yang damai sangat mendukung kegiatan ini, apalagi dengan latar suara alam seperti kicauan burung dan desiran angin yang menyejukkan.

Dan bagi pengunjung yang ingin pengalaman lebih mendalam, tersedia pula opsi berkemah. Pada malam akhir pekan, terutama saat langit cerah, Embung Nglanggeran menjadi salah satu lokasi terbaik untuk camping ringan. Anda dapat menyaksikan taburan bintang di langit malam yang bersih dari polusi cahaya kota, ditemani hawa sejuk perbukitan dan suara alam yang menenangkan.

Kesimpulannya, Embung Nglanggeran menyajikan berbagai aktivitas yang tidak hanya menyenangkan tetapi juga menenangkan. Tempat ini cocok dikunjungi oleh berbagai kalangan—dari pasangan muda, keluarga, komunitas fotografer, hingga solo traveler yang ingin menyepi sejenak dari keramaian kota.

Baca Juga: Pesona Gunung Api Purba Nglanggeran yang Menakjubkan

Fasilitas Penunjang Wisata yang Tersedia

Fasilitas Penunjang Wisata yang Tersedia Di Embung Nglanggeran

Saung, Gardu Pandang, dan Warung Makan

Salah satu faktor penting yang membuat Embung Nglanggeran semakin diminati wisatawan adalah ketersediaan fasilitas umum yang memadai. Pihak pengelola, dengan dukungan pemerintah daerah dan masyarakat sekitar, telah mengembangkan kawasan ini secara bertahap agar tetap mempertahankan kesan alami, tetapi tetap ramah bagi pengunjung dari berbagai kalangan.

Di sepanjang area embung, terdapat beberapa saung atau gazebo yang dibangun dengan struktur kayu dan atap alang-alang atau genteng. Saung-saung ini menjadi tempat favorit bagi para wisatawan untuk duduk santai, menikmati bekal, atau sekadar menunggu waktu terbaik untuk berburu matahari terbit dan tenggelam. Letaknya yang tersebar di titik-titik strategis menghadap langsung ke embung dan perbukitan menjadikan setiap saung sebagai spot beristirahat yang menyenangkan.

Untuk menambah pengalaman visual, pengelola juga menyediakan gardu pandang di beberapa sisi embung. Dari sini, wisatawan bisa menikmati pemandangan lanskap yang lebih luas dan mendalam, termasuk panorama Gunung Api Purba di kejauhan dan lembah hijau di bawahnya. Gardu pandang ini juga menjadi favorit fotografer lanskap yang ingin mengambil gambar dari sudut ketinggian yang dramatis, terutama saat kabut tipis menyelimuti area sekitar embung pada pagi hari.

Bagi pengunjung yang tidak sempat membawa makanan, tidak perlu khawatir. Terdapat beberapa warung makan dan kios kuliner lokal yang menyediakan aneka makanan tradisional, seperti mie instan, gorengan, kopi, teh panas, dan es kelapa muda. Harga yang ditawarkan relatif terjangkau, dengan cita rasa khas pedesaan yang otentik. Kehadiran warung-warung ini juga menjadi penggerak ekonomi warga lokal yang tinggal di sekitar kawasan Nglanggeran.

Tak hanya itu, toilet umum dan kamar mandi juga tersedia dengan kondisi yang cukup bersih dan terawat. Fasilitas ini penting terutama bagi wisatawan yang berkunjung dalam waktu lama atau yang ingin mengganti pakaian setelah beraktivitas di alam. Di beberapa titik, juga terdapat tempat ibadah berupa mushola yang memungkinkan pengunjung Muslim menjalankan ibadah dengan tenang tanpa harus keluar dari area wisata.

Untuk urusan kendaraan, area parkir yang luas tersedia dan mampu menampung kendaraan roda dua, roda empat, bahkan minibus. Petugas parkir setempat juga cukup sigap membantu pengunjung menemukan tempat parkir yang sesuai dan menjaga keamanan kendaraan selama berada di lokasi.

Secara keseluruhan, fasilitas yang tersedia di Embung Nglanggeran membuat kawasan ini sangat ramah bagi pengunjung keluarga, rombongan komunitas, maupun wisatawan individu. Kombinasi antara kenyamanan, keasrian alam, dan keramahan warga membuat tempat ini ideal untuk rekreasi singkat maupun liburan akhir pekan yang lebih panjang.

Harga Tiket Masuk dan Jam Operasional

Harga Tiket Masuk dan Jam Operasional Di Embung Nglanggeran

Perbedaan Tarif Wisatawan Lokal dan Mancanegara

Salah satu daya tarik Embung Nglanggeran sebagai destinasi wisata alam yang ramah bagi berbagai kalangan adalah harga tiket masuknya yang sangat terjangkau. Dibandingkan dengan objek wisata alam lainnya di Yogyakarta yang memiliki pemandangan serupa, biaya kunjungan ke embung ini relatif murah namun tetap memberikan pengalaman yang kaya dan memuaskan.

Untuk wisatawan domestik, tarif yang dikenakan pada kunjungan siang hari adalah sebesar Rp10.000, sedangkan pada kunjungan malam hari dikenakan tarif Rp15.000. Perbedaan harga ini cukup wajar, mengingat banyak wisatawan datang di malam hari untuk menyaksikan panorama matahari terbenam dan suasana malam dari ketinggian, yang tentu memberikan pengalaman visual yang berbeda. Kawasan ini juga buka selama 24 jam pada akhir pekan, memungkinkan pengunjung yang datang malam hari untuk menikmati waktu lebih fleksibel.

Sementara itu, untuk wisatawan mancanegara, tarif masuk ditetapkan sebesar Rp30.000, baik pada kunjungan siang maupun malam. Tarif ini sudah mencakup kontribusi untuk perawatan fasilitas, upaya konservasi, serta pengembangan kawasan wisata agar tetap nyaman dan berkelanjutan. Harga ini masih sangat wajar untuk standar wisatawan asing yang biasanya terbiasa dengan tarif lebih tinggi di negara lain.

Selain biaya tiket masuk, pengunjung juga perlu memperhitungkan biaya parkir kendaraan, yaitu:

  • Rp2.000 untuk kendaraan roda dua
  • Rp5.000 untuk kendaraan roda empat

Fasilitas parkir yang memadai dan terjaga keamanannya menjadikan biaya ini sebanding dengan layanan yang diberikan. Petugas parkir lokal juga siap membantu pengunjung untuk menata kendaraan agar tetap rapi dan mudah diakses saat akan pulang.

Adapun jam operasional Embung Nglanggeran pada hari biasa adalah mulai pukul 08.00 pagi hingga 17.00 sore. Namun pada akhir pekan dan hari libur nasional, kawasan ini dibuka selama 24 jam penuh. Jadwal operasional ini sangat membantu pengunjung yang ingin berkemah, berburu foto malam, atau hanya ingin merasakan ketenangan alam saat langit mulai gelap dan kota di kejauhan mulai memancarkan cahaya.

Bagi wisatawan yang ingin menghindari keramaian, datang saat pagi hari atau menjelang siang pada hari kerja adalah pilihan terbaik. Sementara itu, jika tujuan Anda adalah menyaksikan sunset atau bermalam dengan suasana alam terbuka, malam hari di akhir pekan menjadi waktu yang tepat.

Kebijakan tarif dan jam operasional yang fleksibel ini menunjukkan bahwa pengelola Embung Nglanggeran tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi semata, tetapi juga berusaha memberikan akses dan kenyamanan bagi berbagai lapisan pengunjung. Dengan demikian, embung ini tidak hanya layak dikunjungi sekali, tetapi juga menjadi destinasi yang akan selalu dirindukan untuk dikunjungi kembali.

Baca Juga: Air Terjun Gedad, Tempat Wisata Yang Pernah Viral di Gunungkidul

Tips Berkunjung agar Liburan Semakin Nyaman

Tips Berkunjung agar Liburan Semakin Nyaman di Embung Nglanggeran

Agar kunjungan Anda ke Embung Nglanggeran menjadi pengalaman yang menyenangkan dan tak terlupakan, diperlukan persiapan yang matang sebelum berangkat. Meskipun embung ini tergolong mudah dijangkau dan memiliki fasilitas memadai, beberapa hal teknis perlu Anda perhatikan, khususnya karena letaknya berada di kawasan perbukitan yang cukup terbuka.

1. Pilih waktu kunjungan yang tepat

Salah satu kunci kenyamanan saat liburan adalah memilih waktu yang tepat. Jika Anda ingin menikmati udara segar, pemandangan kabut pagi, dan suasana tenang, datanglah pagi hari sebelum pukul 08.00 WIB. Sementara itu, jika tujuan Anda adalah menyaksikan matahari terbenam, waktu terbaik adalah antara pukul 16.30 hingga 17.30 WIB. Pada sore hari, sinar matahari cenderung lebih lembut dan panorama langit cenderung lebih berwarna.

2. Gunakan pakaian dan alas kaki yang nyaman

Embung Nglanggeran memiliki jalur tangga dan lintasan alam yang cukup menanjak. Oleh karena itu, sebaiknya Anda menggunakan alas kaki antiselip atau sepatu olahraga ringan. Hindari penggunaan sandal datar atau sepatu berhak tinggi. Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan ringan, terutama jika Anda berencana untuk trekking atau berjalan mengelilingi kawasan embung.

3. Bawa perlengkapan dasar

Beberapa perlengkapan penting yang sebaiknya dibawa antara lain:

  • Air minum dalam botol pribadi
  • Topi atau payung lipat sebagai pelindung dari panas
  • Kacamata hitam dan sunblock jika Anda berkunjung pada siang hari
  • Tikar atau alas duduk untuk bersantai di gazebo atau di tepian embung
  • Powerbank untuk menjaga gadget tetap aktif, terutama bila Anda ingin merekam banyak momen atau memanfaatkan kamera ponsel

4. Siapkan bekal dan uang tunai secukupnya

Meskipun terdapat warung di sekitar area wisata, pilihan makanan mungkin terbatas. Untuk kenyamanan, sebaiknya Anda membawa bekal makanan ringan atau makan siang sendiri. Pastikan juga membawa uang tunai dalam pecahan kecil, karena sebagian besar pedagang atau parkir belum menerima pembayaran digital.

5. Hindari musim hujan atau datang saat cuaca buruk

Karena berada di area terbuka dan perbukitan, cuaca ekstrem seperti hujan lebat atau kabut tebal dapat mengganggu kenyamanan dan bahkan membahayakan perjalanan Anda. Selalu periksa prakiraan cuaca sebelum pergi, dan pertimbangkan untuk menunda perjalanan jika kondisi tidak mendukung.

6. Hormati alam dan jaga kebersihan

Embung Nglanggeran adalah kawasan wisata yang berada di lingkungan desa konservatif dan masyarakat yang menjaga kelestarian alam. Oleh karena itu, penting bagi pengunjung untuk tidak membuang sampah sembarangantidak merusak tanaman atau fasilitas, dan tidak membuat kebisingan berlebihan yang dapat mengganggu suasana sekitar.

7. Berinteraksi dengan ramah kepada warga sekitar

Jika Anda menginap di homestay atau berinteraksi dengan pedagang dan petugas parkir, sikap ramah dan sopan santun sangat dihargai. Ini tidak hanya akan memberikan kesan positif, tetapi juga memungkinkan Anda mendapatkan informasi menarik seputar kawasan Nglanggeran langsung dari warga lokal.

Dengan mengikuti tips di atas, Anda tidak hanya dapat menikmati pesona alam Embung Nglanggeran secara maksimal, tetapi juga menciptakan pengalaman wisata yang aman, nyaman, dan berkesan. Liburan pun terasa lebih berarti karena dilakukan dengan penuh persiapan dan penghormatan terhadap lingkungan.

Fakta Menarik Embung Nglanggeran yang Jarang Diketahui: Dikelilingi Kebun Buah dan Warna Hijau Toska Embung

Fakta Menarik Embung Nglanggeran yang Jarang Diketahui: Dikelilingi Kebun Buah dan Warna Hijau Toska Embung

Embung Nglanggeran bukan hanya menarik karena panorama alamnya yang indah, tetapi juga menyimpan sejumlah fakta unik yang menambah nilai wisata sekaligus edukasi bagi para pengunjung. Beberapa di antaranya bahkan jarang diketahui meskipun Anda sudah pernah berkunjung ke lokasi ini.

1. Embung yang berada di atas bukit

Berbeda dengan embung pada umumnya yang dibangun di dataran rendah sebagai penampung air hujan, Embung Nglanggeran berdiri di atas bukit yang dikenal oleh warga sebagai Gunung Gandu, sebuah bagian dari kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran. Letaknya yang berada di ketinggian inilah yang membuat embung ini menyajikan panorama yang luar biasa luas dan dramatis. Dari atas embung, Anda bisa menikmati lanskap perbukitan, sawah, serta pegunungan di kejauhan dalam satu pandangan utuh.

2. Tidak boleh berenang atau memancing di embung

Salah satu aturan penting yang harus dipatuhi oleh wisatawan adalah larangan berenang dan memancing di embung. Larangan ini diberlakukan bukan tanpa alasan—selain demi keselamatan pengunjung, air embung juga memiliki fungsi vital untuk pengairan kebun buah yang ada di lereng gunung. Air yang tercemar atau berkurang volumenya akibat aktivitas wisatawan bisa berdampak pada produktivitas pertanian warga sekitar.

3. Air berwarna hijau toska karena lumut alami

Jika Anda datang pada siang hari, Anda akan menyaksikan fenomena warna air embung yang berubah menjadi hijau toska yang cemerlang. Warna ini muncul secara alami akibat refleksi cahaya matahari pada air dan pertumbuhan lumut yang ada di dasar embung. Justru keunikan ini membuat banyak pengunjung kagum karena memberikan warna yang eksotis dan berbeda dari telaga lain pada umumnya.

4. Dikelilingi kebun buah durian dan kelengkeng

Di sekeliling embung, terdapat kebun buah seluas lebih dari 18 hektare yang dikelola oleh masyarakat Nglanggeran. Komoditas utama yang ditanam adalah durian montong dan kelengkeng, di samping tanaman lainnya seperti kakao, alpukat, dan rambutan. Saat musim panen, para petani menjajakan hasil kebun mereka di warung sekitar embung, sehingga wisatawan dapat langsung mencicipi buah segar dari sumbernya.

5. Embung Nglanggeran buka 24 jam

Untuk Anda yang suka berburu foto sunrise atau menikmati suasana malam, embung ini sangat ideal karena buka 24 jam penuh, terutama saat akhir pekan dan hari libur nasional. Anda bebas datang pada pagi buta atau sore menjelang malam untuk berburu cahaya terbaik. Bahkan tak jarang pengunjung berkemah di sekitar embung untuk menikmati malam penuh bintang.

6. Dekat dengan Gunung Api Purba Nglanggeran

Embung ini hanya berjarak 2 kilometer dari Gunung Api Purba Nglanggeran, sehingga Anda bisa menikmati dua objek wisata sekaligus dalam satu kali perjalanan. Banyak wisatawan mengombinasikan kunjungan pagi ke puncak gunung dengan sore hari di embung untuk menikmati sunset.

Peta Lokasi, Rute dan Akses Menuju Embung Nglanggeran

Panduan Navigasi dari Kota Yogyakarta

Embung Nglanggeran terletak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini berjarak sekitar 25–30 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta dan dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi. Akses menuju embung cukup mudah, meskipun berada di daerah perbukitan, karena jalanan menuju lokasi sudah beraspal dengan kondisi relatif baik.

Untuk memulai perjalanan dari pusat Kota Yogyakarta, Anda dapat mengikuti rute ke arah timur melalui Jalan Wonosari (Jalan Nasional III). Jalur ini cukup populer sebagai akses utama menuju Gunungkidul. Setelah melewati Bukit Bintang, sebuah spot wisata yang juga terkenal dengan panorama malamnya, perjalanan dilanjutkan menuju Desa Ngoro-oro.

Dari titik ini, Anda akan menemui beberapa simpang tiga dan papan petunjuk arah ke Embung Nglanggeran. Ikuti jalur menuju Pendopo Kaliasong, kemudian lanjutkan hingga bertemu dengan SDN Nglanggeran. Setelah itu, Anda akan menemukan simpang dengan penanda jalan menuju lokasi embung. Jalur ini akan membawa Anda ke kawasan parkir utama dan anak tangga menuju area telaga.

Akses jalan menuju embung telah dilengkapi rambu-rambu yang cukup jelas, namun pada malam hari atau saat kabut turun, pengemudi harus tetap berhati-hati karena beberapa bagian jalan memiliki tikungan tajam dan tanjakan curam. Untuk menghindari kendala tersebut, disarankan menggunakan kendaraan dalam kondisi prima, terutama untuk kendaraan roda dua.

Bagi Anda yang tidak membawa kendaraan pribadi, alternatif lain adalah menggunakan layanan rental mobil atau motor, yang banyak tersedia di Yogyakarta. Selain itu, transportasi online seperti ojek atau mobil daring juga bisa menjadi pilihan, meskipun pada beberapa titik mungkin akan kesulitan sinyal atau sulit mendapatkan driver saat malam hari.

Jika Anda ingin pengalaman yang lebih menyatu dengan masyarakat lokal, Anda juga bisa memilih untuk menginap di homestay di Desa Nglanggeran, yang dikelola langsung oleh warga. Beberapa di antaranya bahkan menawarkan paket tur wisata ke Embung Nglanggeran, lengkap dengan pemandu lokal yang ramah dan berpengetahuan.

Satu hal yang menarik dari perjalanan menuju Embung Nglanggeran adalah keindahan pemandangan sepanjang jalan. Anda akan melewati bukit-bukit hijau, area pertanian, dan kawasan kars yang unik, memberikan nuansa tersendiri sebelum sampai di tujuan utama.

Dengan akses yang relatif mudah, dukungan infrastruktur jalan yang terus diperbaiki, dan keramahan warga lokal, perjalanan menuju Embung Nglanggeran bukan hanya sekadar transit, tetapi bagian dari pengalaman wisata yang menyeluruh. Wisatawan bisa menikmati perjalanan dengan santai sambil menikmati sisi lain Yogyakarta yang penuh keasrian dan kehangatan.


Rizki

Rizki

Rizki Purnama adalah seorang travel content writer berbakat dengan pengalaman dalam menulis tentang destinasi wisata dan petualangan. Ia memiliki kecintaan yang mendalam terhadap dunia perjalanan dan selalu bersemangat untuk berbagi pengalaman dan cerita menarik melalui tulisannya.
https://xplorejogja.com