Jelajahi Museum Sisa Hartaku, mulai dari sejarah unik, tur interaktif, & info harga tiket masuk terbaru di 2025. Temukan juga alamat, lokasi, jam operasional, & tips kunjungan terbaik di Explore Jogja! Simak ya!
Daftar Isi
Sejarah Pendirian Museum Sisa Hartaku
Museum Sisa Hartaku lahir bukan dari perencanaan arsitektural megah, melainkan dari reruntuhan bencana dan keteguhan hati seorang warga. Terletak di Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, museum ini merupakan monumen hidup yang mengisahkan keganasan letusan Gunung Merapi pada tahun 2010. Didirikan oleh Bapak Sumarno, seorang warga yang rumahnya luluh lantak akibat erupsi Merapi, museum ini menjadi simbol dari keberanian, ketahanan, dan semangat untuk bangkit setelah musibah besar.
Letusan Merapi pada 25 Oktober hingga awal November 2010 tercatat sebagai salah satu erupsi paling dahsyat dalam sejarah letusan gunung tersebut. Tidak hanya menghancurkan pemukiman, namun juga merenggut ratusan nyawa, termasuk juru kunci Merapi yang legendaris, Mbah Maridjan. Di tengah kepedihan tersebut, Bapak Sumarno menemukan kembali serpihan kehidupannya—mobil yang hangus, sepeda yang bengkok, perabot rumah yang meleleh, serta foto-foto keluarga yang nyaris tak dikenali. Barang-barang inilah yang kemudian dikurasi menjadi koleksi utama museum.
Tempat wisata museum di Jogja ini diberi nama “Sisa Hartaku”. Museum ini merefleksikan betapa harta yang tersisa, walau hanya pecahan kaca atau kursi gosong, menyimpan kisah penuh makna. Tidak hanya sebagai alat dokumentasi sejarah, Museum Sisa Hartaku kini menjadi medium edukatif untuk generasi muda agar memahami bahwa bencana alam adalah bagian dari kehidupan yang harus disikapi dengan kesiapsiagaan dan kesadaran penuh terhadap potensi bahaya.
Harga Tiket Masuk Di 2025 dan Aksesibilitas bagi Pengunjung
Harga tiket masuk Museum Sisa Hartaku tergolong sangat terjangkau, terutama untuk wisatawan domestik. Saat ini, tiket dibanderol sebesar Rp10.000 untuk pengunjung lokal dan Rp30.000 untuk wisatawan mancanegara. Dengan tarif tersebut, pengunjung sudah bisa menjelajahi semua bagian dari museum dan mengamati berbagai koleksi sisa-sisa erupsi Merapi yang dikurasi secara sederhana namun penuh makna.
- Harga tiket masuk bagi wisatawan lokal: Rp10.000 per orang.
- Harga tiket masuk bagi wisatawan mancanegara: Rp30.000 per orang.
Biaya masuk ini bukan hanya menjadi kontribusi terhadap keberlanjutan operasional museum, namun juga menjadi wujud dukungan kepada masyarakat lokal dalam menjaga situs sejarah ini. Pendapatan dari tiket masuk sebagian besar digunakan untuk pemeliharaan bangunan museum, pengelolaan lingkungan sekitar, serta kegiatan edukasi dan mitigasi bencana yang diselenggarakan secara berkala.
Museum ini buka setiap hari, dengan jam operasional mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Namun demikian, waktu terbaik untuk berkunjung adalah pada pagi hari saat udara di lereng Merapi masih sejuk dan kabut belum menutupi pemandangan sekitarnya. Kunjungan di pagi hari juga memberikan keleluasaan bagi wisatawan untuk berinteraksi lebih santai dengan pengelola museum serta menikmati suasana alam yang masih asri.
Aktivitas Edukatif yang Bisa Dilakukan
Berkunjung ke Museum Sisa Hartaku bukan sekadar melihat artefak atau koleksi barang rusak. Ada banyak aktivitas edukatif dan menarik yang bisa dilakukan oleh wisatawan, baik secara individu, berkelompok, maupun bersama keluarga seperti:
1. Mengikuti Tur Edukasi yang Mendalam
Salah satu kegiatan utama yang ditawarkan oleh Museum Sisa Hartaku adalah program tur edukasi yang komprehensif. Kegiatan ini dirancang bukan hanya sebagai kunjungan biasa, tetapi sebagai pengalaman belajar yang menyentuh sisi emosional dan intelektual para pengunjung. Tur edukasi ini biasanya dipandu oleh warga lokal atau pihak pengelola yang telah menyaksikan langsung kedahsyatan erupsi Gunung Merapi tahun 2010. Dengan gaya penyampaian yang lugas dan sarat emosi, pengunjung akan dibawa menyelami kisah nyata dari bencana yang mengubah lanskap Merapi dan kehidupan masyarakat sekitarnya.
Materi tur edukasi mencakup penjelasan mengenai latar belakang letusan, dampak langsung terhadap masyarakat, proses evakuasi, serta upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana. Pengunjung diajak memahami tidak hanya sisi geologis erupsi, tetapi juga dampak sosial, ekonomi, dan budaya yang ditimbulkan. Setiap benda koleksi di museum, mulai dari sepeda hangus, peralatan dapur meleleh, hingga foto-foto sebelum dan sesudah bencana, menjadi alat bantu visual yang memperkuat narasi sejarah.
Tur edukasi ini sangat bermanfaat, terutama bagi siswa, mahasiswa, maupun wisatawan yang memiliki ketertarikan terhadap mitigasi bencana dan studi lingkungan. Banyak sekolah dan lembaga pendidikan yang secara rutin mengadakan kunjungan studi ke museum ini untuk memperkaya pemahaman para siswa terkait kebencanaan, kesiapsiagaan, dan pentingnya peran komunitas lokal dalam menghadapi situasi krisis.
2. Berfoto dengan Koleksi-Koleksi Unik Penuh Cerita
Museum Sisa Hartaku memiliki daya tarik visual yang kuat, terutama bagi pecinta fotografi. Koleksi yang dipamerkan tidak hanya berupa artefak sejarah, tetapi juga menjadi simbol dari kekuatan, trauma, dan semangat bertahan hidup. Salah satu spot yang paling sering dijadikan latar foto adalah mobil yang hangus terbakar, yang kini menjadi ikon museum. Kendaraan tersebut tertimbun material vulkanik saat erupsi dan dibiarkan apa adanya sebagai saksi bisu tragedi yang terjadi.
Selain mobil, ada pula sepeda, televisi, alat rumah tangga, boneka anak-anak, hingga kandang hewan yang rusak parah akibat lahar panas. Setiap sudut museum seperti membawa pengunjung pada fragmen kisah keluarga yang kehilangan segalanya. Keaslian dan kejujuran tampilan koleksi menjadikan setiap foto yang diambil tak hanya estetis, tetapi juga emosional.
Untuk pengunjung yang aktif di media sosial, tempat ini bisa menjadi latar konten yang kuat dan edukatif. Namun perlu ditekankan, bahwa setiap pengambilan gambar sebaiknya dilakukan dengan penuh penghormatan terhadap nilai-nilai sejarah dan penderitaan yang pernah terjadi. Foto yang diabadikan bukan hanya untuk kepentingan visual semata, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan dan kesadaran terhadap bencana.
3. Mendengarkan Kisah Langsung dari Para Penyintas
Salah satu pengalaman paling berkesan selama kunjungan ke Museum Sisa Hartaku adalah kesempatan mendengar langsung kisah dari para penyintas atau keluarga yang terdampak letusan. Meskipun tidak selalu tersedia setiap hari, terkadang pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan warga sekitar yang rela berbagi pengalaman hidup mereka.
Cerita-cerita ini mengandung muatan emosional yang kuat dan menggambarkan perjuangan dalam menyelamatkan diri, kehilangan anggota keluarga, dan membangun kembali kehidupan dari nol. Suasana museum yang sederhana dan terbuka memungkinkan terjadinya percakapan spontan antara pengunjung dan narasumber. Hal ini memperkaya pengalaman belajar, karena perspektif yang disampaikan bukan sekadar data, melainkan cerita nyata penuh haru.
Dalam beberapa kesempatan, pihak museum juga menghadirkan sesi sharing terjadwal yang bisa diikuti oleh rombongan pengunjung, terutama dari kalangan pelajar. Cerita inspiratif dari masyarakat lokal menjadi pelengkap penting dari informasi visual yang dipamerkan, karena memperlihatkan sisi kemanusiaan dan resilien yang tinggi dari warga lereng Merapi.
4. Menikmati Suasana Pegunungan dan Alam Sekitar
Setelah mengelilingi museum dan menyerap informasi sejarah, pengunjung bisa menikmati sejuknya udara dan panorama alam khas kawasan lereng Gunung Merapi. Museum Sisa Hartaku memang berada di lokasi strategis yang menawarkan pemandangan langsung ke arah gunung. Di pagi dan sore hari, kabut tipis sering kali menyelimuti area sekitar, menciptakan nuansa tenang dan damai meskipun tempat ini dulunya menjadi saksi bisu bencana besar.
Suasana yang tenang sangat cocok bagi wisatawan yang ingin menenangkan pikiran atau sekadar menikmati alam. Pengunjung dapat duduk-duduk santai di area museum sambil menikmati pemandangan hijau yang terbentang, mendengarkan suara burung, dan menghirup udara segar yang jarang ditemui di perkotaan.
Sebagian pengunjung juga menyempatkan diri untuk menjelajah sedikit ke area luar museum dan menyaksikan bekas-bekas aliran lahar atau kawasan yang dulu terdampak erupsi. Dengan berjalan kaki ringan di sekitar area, wisatawan bisa melihat bagaimana alam secara perlahan memulihkan dirinya dan bagaimana masyarakat menyesuaikan diri dengan kondisi baru.
5. Berpartisipasi dalam Donasi dan Dukungan Komunitas
Kegiatan lain yang tak kalah penting adalah berpartisipasi dalam program donasi yang disediakan oleh pengelola museum. Meski tiket masuk tergolong murah, museum ini tetap bergantung pada dukungan masyarakat dan pengunjung untuk mempertahankan operasional dan meningkatkan kualitas edukasinya. Donasi yang diberikan akan digunakan untuk perawatan koleksi, pengembangan fasilitas, hingga bantuan sosial bagi masyarakat sekitar.
Sebagai bentuk tanggung jawab sosial, banyak pengunjung merasa terdorong untuk menyumbangkan sebagian kecil dari dana mereka. Tak sedikit pula komunitas yang menggalang bantuan secara kolektif saat berkunjung. Dalam beberapa program tertentu, museum juga menyediakan merchandise atau oleh-oleh hasil karya warga setempat, yang hasil penjualannya juga mendukung ekonomi komunitas lokal.
Kegiatan donasi ini menciptakan ikatan moral antara wisatawan dan warga setempat. Dalam konteks ekowisata berbasis komunitas, dukungan nyata seperti ini adalah bentuk solidaritas yang nyata terhadap upaya pelestarian memori dan kesejahteraan masyarakat.
6. Mengikuti Workshop dan Kelas Mitigasi Bencana
Sebagai bagian dari edukasi kebencanaan, Museum Sisa Hartaku juga secara berkala mengadakan workshop mitigasi bencana yang ditujukan bagi siswa sekolah, mahasiswa, dan masyarakat umum. Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan kesadaran tentang pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, khususnya letusan gunung berapi.
Materi workshop biasanya mencakup pengenalan gejala letusan, simulasi evakuasi, cara membaca peta risiko, serta penggunaan alat-alat darurat. Peserta diajak untuk tidak hanya memahami teori, tetapi juga praktik di lapangan. Kegiatan ini disambut positif oleh banyak institusi pendidikan karena memberikan pembelajaran nyata yang tidak bisa didapatkan di ruang kelas biasa.
Lebih jauh lagi, workshop ini juga mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, kerja sama tim, dan empati terhadap korban bencana. Dengan kombinasi antara lokasi yang nyata, narasi sejarah, dan praktik langsung, pengalaman belajar di museum ini menjadi lebih komprehensif dan menyentuh.
Fasilitas Umum dan Kenyamanan Wisatawan
Meski bersifat sederhana, Museum Sisa Hartaku telah dilengkapi dengan sejumlah fasilitas pendukung yang cukup memadai untuk kenyamanan pengunjung. Fasilitas dasar seperti area parkir kendaraan roda dua dan roda empat tersedia dengan tarif parkir yang sangat terjangkau. Tersedia pula toilet umum yang bersih dan terawat, meskipun dengan desain yang mengikuti gaya bangunan lokal.
Warung-warung kecil yang dikelola masyarakat sekitar juga tersedia di sekitar area museum. Wisatawan bisa membeli makanan ringan khas lereng Merapi, seperti tempe bacem, jadah goreng, hingga kopi Merapi yang disajikan hangat. Minuman segar dan air kemasan juga tersedia untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama menjelajah area museum.
Bagi wisatawan yang ingin membawa pulang kenang-kenangan, terdapat kios oleh-oleh yang menjual kerajinan tangan khas Merapi, miniatur erupsi, kaos bertema kebencanaan, dan cendera mata yang menggambarkan semangat masyarakat dalam menghadapi bencana.
Beberapa penyedia jasa juga menawarkan layanan ojek lokal serta sewa mobil jeep untuk wisatawan yang ingin melanjutkan perjalanan ke lokasi-lokasi lain di sekitar lereng Merapi seperti Batu Alien, Bunker Kaliadem, atau jalur Lava Tour Merapi. Fasilitas pendukung seperti informasi wisata, peta jalur evakuasi, dan pos relawan juga dapat ditemukan di area terdekat museum.
Rute dan Lokasi Museum Sisa Hartaku
Museum Sisa Hartaku berlokasi di kawasan yang sangat strategis, yaitu di Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Berada di kaki Gunung Merapi, museum ini menawarkan tidak hanya pelajaran sejarah tetapi juga pengalaman geografis yang otentik. Letaknya sekitar 25–30 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta, dan dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam perjalanan dengan kendaraan pribadi.
Rute yang umum digunakan untuk menuju lokasi ini adalah dari pusat Kota Yogyakarta menuju ke arah Jalan Kaliurang, dilanjutkan ke arah timur menuju Kecamatan Cangkringan. Setelah memasuki kawasan ini, wisatawan akan menemukan papan petunjuk arah menuju museum, yang biasanya juga berdekatan dengan jalur-jalur wisata jeep Merapi.
Bagi pengunjung yang menggunakan transportasi umum seperti Trans Jogja, perjalanan dapat dilanjutkan dengan taksi online atau ojek lokal dari terminal terdekat seperti Terminal Pakem. Alternatif lainnya adalah menyewa kendaraan bermotor atau menggunakan jasa tur lokal yang banyak tersedia di pusat kota.
Untuk kenyamanan maksimal, sangat disarankan menggunakan kendaraan pribadi atau mengikuti open trip bersama komunitas karena lokasi museum cukup terpencil dan tidak dilewati jalur transportasi umum langsung. Namun demikian, keunikan dan nuansa edukatif dari tempat ini menjadikannya layak untuk dijelajahi meski dengan sedikit usaha lebih.