Candi Sambisari adalah sebuah candi Hindu yang didedikasikan untuk Siwa, terletak di Purwomartani, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi dengan harga tiket masuk IDR 5000 ini berjarak sekitar 12 km ke timur dari kota Yogyakarta menuju kota Solo dan kurang lebih 4 km ke barat dari kompleks Candi Prambanan.
Diperkirakan bahwa Candi Sambisari dibangun pada awal abad ke-9 selama pemerintahan Raja Rakai Garung dari Wangsa Syailendra, yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno. Dasar estimasi waktu pembangunan candi ini berasal dari analisis gaya tulisan pada lempengan emas bertuliskan “om shiva shtana” yang ditemukan di kompleks candi pada tahun 1977, serta rujukan dari prasasti Wanua Tengah III yang menyinggung masa pemerintahan Rakai Garung di Medang pada periode yang sama.
Daftar Isi
Sejarah Candi Sambisari
Candi Sambisari merupakan salah satu candi Hindu yang terletak di Dusun Sambisari, Kelurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Candi ini diperkirakan dibangun antara tahun 812 – 838 Masehi, pada masa pemerintahan Rakai Garung.
Candi Sambisari ditemukan pada tahun 1966 oleh seorang petani bernama Karyowinangun ketika sedang bekerja di sawahnya. Penggalian dan rekonstruksi candi ini memakan waktu 21 tahun sebelum akhirnya candi ini bisa dipublikasikan dan dinikmati oleh masyarakat luas.
Sejarah Penemuan Candi Sambisari
Candi Sambisari tidak ditemukan melalui ekskavasi yang terencana, melainkan secara tidak sengaja oleh seorang petani bernama Arjo Wiyono pada tahun 1966. Saat sedang mengolah tanah milik Karyoinangun, cangkul Arjo Wiyono membentur batur berukir yang ternyata merupakan reruntuhan candi.
Temuan ini kemudian ditindaklanjuti oleh Kantor Cabang I Lembaga Peninggalan Purbakala Nasional (LP2N) di Prambanan, yang melakukan ekskavasi pada September 1966.
Ekskavasi berlanjut pada tahun 1975-1977 dan 1984-1985 untuk menggali semua reruntuhan candi yang tertimbun material vulkanik Gunung Merapi, dengan kedalaman hingga 6,5 meter. Dari hasil ekskavasi ini, diketahui bahwa Candi Sambisari terdiri dari satu candi induk dan tiga candi perwara (pendamping).
Penggalian dan Rekonstruksi Candi
Setelah ditemukan pada tahun 1966, batu pertama dari Candi Sambisari mulai digali. Dinas Kepurbakalaan segera menetapkan areal sawah tempat penemuan batu ini sebagai suaka purbakala. Selama 21 tahun, ratusan keping “puzzle” batu dari candi ini digali dan dirangkai kembali untuk merestorasi keindahan candi tersebut.
Proses rekonstruksi candi ini melibatkan banyak arkeolog dan ahli sejarah yang bekerja keras untuk memastikan setiap bagian candi dipulihkan dengan baik.
Arsitektur dan Keunikan Candi Sambisari
Candi Sambisari terdiri dari satu candi induk dan tiga candi perwara. Candi induknya memiliki keunikan tersendiri karena tidak memiliki alas seperti candi Hindu pada umumnya. Kaki candi sekaligus berfungsi sebagai alas sehingga sejajar dengan tanah.
Bagian kaki candi dibiarkan polos tanpa relief atau hiasan apapun. Namun, hiasan-hiasan yang umumnya berupa simbar baru ditemukan pada bagian tubuh hingga puncak candi bagian luar.
Di dalam candi induk, terdapat lingga dan yoni berukuran besar yang digunakan untuk upacara pemujaan Dewa Siwa. Di sekitar candi juga terdapat arca-arca kuno seperti Dewi Durga, Ganesha, dan Agastya yang menjadi saksi bisu dari kejayaan candi ini pada masa lampau.
Candi Sambisari merupakan contoh arsitektur yang memukau dari Kerajaan Mataram Kuno. Dalam konteks sejarah, R. Soekmono menggolongkan Candi Sambisari berasal dari abad ke-8 Masehi. Diperkirakan, candi ini dibangun sekitar abad ke-9 hingga ke-10 Masehi, seiring dengan Candi Prambanan, Plaosan, dan Sojiwan. Bangunan candi ini terbuat dari batu padas, memberikan kesan kokoh dan megah.
Candi Sambisari terdiri dari sebuah candi induk yang menghadap ke arah barat, dengan ukuran 13,65 x 13,65 meter dan tinggi keseluruhan mencapai 7,5 meter. Di lantai selasar candi induk, terdapat batu-batu pipih dengan tonjolan di atasnya yang disebut umpak, sebanyak 12 buah.
Tubuh candi ini memiliki dimensi 5 x 5 meter dan tinggi 2,5 meter. Terdapat tangga naik ke selasar dengan lebar 2,5 meter di sisi barat, yang mengelilingi tubuh candi yang sisinya ditutup dengan pagar langkan.
Keindahan Candi Sambisari
Setelah proses rekonstruksi selesai, Candi Sambisari kini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang populer di Yogyakarta. Pengunjung dapat menikmati keindahan arsitektur candi Hindu yang megah dan mengagumkan. Dari susunan batu-batu yang dipahat dengan indah hingga hiasan-hiasan kuno yang masih terjaga dengan baik, Candi Sambisari menjadi saksi bisu dari kejayaan peradaban Hindu di Jawa Tengah pada masa lampau.
Selain itu, pengunjung juga dapat melihat foto-foto proses penggalian dan rekonstruksi candi yang dipajang di ruang informasi. Foto-foto ini memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana proses menggali dan merangkai candi raksasa ini memakan waktu dan tenaga yang besar.
Arsitektur dan Hiasan Candi Sambisari
Pagar dan Lingga Patok
Kompleks candi Sambisari dikelilingi oleh dua pagar, satu yang telah dipugar sempurna dan satu lagi yang hanya sebagian terlihat di sebelah timur candi. Pagar-pagar ini memiliki fungsi sebagai pembatas suci bagi kompleks candi. Selain itu, terdapat juga delapan lingga patok yang tersebar di setiap arah mata angin, menjadi penanda adanya keberadaan suatu bangunan suci di tempat tersebut.
Hiasan Makara dan Singa
Pada pintu masuk candi induk, terdapat hiasan berupa makara yang menelan seekor singa. Makara merupakan hewan ajaib dalam mitologi Hindu yang merupakan evolusi dari bentuk makara di India yang bisa berupa perpaduan gajah dengan ikan atau buaya dengan ekor yang membengkok. Hiasan ini menjadi salah satu ciri khas dari Candi Sambisari yang memperkaya keindahan arsitektur candi ini.
Arca Durga, Ganesha, dan Agastya
Di dalam candi induk, terdapat beberapa arca kuno yang menjadi peninggalan berharga dari masa kejayaan candi ini. Arca Dewi Durga dengan 8 tangan yang masing-masing menggenggam senjata, Arca Ganesha, dan Arca Agastya menjadi saksi bisu dari keberadaan peradaban Hindu pada masa lampau. Keberadaan arca-arca ini juga menjadi bukti akan kekayaan seni dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat pada masa itu.
Fungsi dan Makna Candi Sambisari
Berdasarkan temuan arca dan lempengan emas bertulis yang ditemukan di Candi Sambisari, dapat disimpulkan bahwa fungsi dan makna candi ini berkaitan dengan agama Hindu.
Arca-arca seperti Durga Mahisasuramardhini, Ganesa, dan Agastya, yang ditempatkan di relung dinding tubuh sisi luar candi induk, menunjukkan latar belakang keagamaan yang bersifat Siwaistis. Selain itu, ditemukan pula lingga-yoni, yang merupakan aspek Dewa Siwa dalam agama Hindu.
Prasasti bertuliskan “Om siwa sthana” yang ditemukan di sini menunjukkan bahwa Candi Sambisari merupakan tempat pemujaan bagi Dewa Siwa. Keseluruhan kompleks Candi Sambisari, yang dikelilingi oleh pagar tembok dari batu putih seluas 50 x 48 meter, mencerminkan keagungan dan kebesaran Kerajaan Mataram Kuno.
Kehadiran Candi Sambisari dalam Warisan Budaya Indonesia
Sebagai salah satu peninggalan bersejarah Indonesia, Candi Sambisari memiliki peran penting dalam memperkaya warisan budaya bangsa. Keberadaannya menjadi bukti kebesaran peradaban yang telah ada di Indonesia sejak zaman dahulu kala. Kehadirannya juga menjadi saksi bisu perjalanan panjang sejarah dan perkembangan agama serta kepercayaan di tanah air.
Kepopuleran dan Keterbukaan untuk Wisatawan
Meskipun berada di lokasi yang agak terpencil, Candi Sambisari tetap menjadi salah satu tujuan wisata yang populer di Yogyakarta. Dengan tiket masuk yang terjangkau, wisatawan dapat menikmati keajaiban arsitektur dan keindahan alam sekitarnya. Jam buka yang fleksibel memungkinkan pengunjung untuk menjelajahi situs ini dengan leluasa dan menikmati keindahan matahari terbenam di sekitar Dusun Sambisari.
Alamat dan Peta Lokasi
Jam Buka
Monday |
|
Tuesday |
|
Wednesday |
|
Thursday |
|
Friday |
|
Saturday |
|
Sunday |
|
Salah Satu Candi Hindu Yang Menarik Di Jogja
Candi Sambisari merupakan salah satu candi Hindu yang memiliki sejarah dan keunikan tersendiri. Ditemukan pada tahun 1966, proses penggalian dan rekonstruksi candi ini memakan waktu 21 tahun sebelum akhirnya candi ini dapat dinikmati oleh masyarakat luas.
Keindahan arsitektur candi, hiasan-hiasan kuno, dan arca-arca yang terdapat di dalamnya menjadi bukti akan kejayaan peradaban Hindu pada masa lampau. Candi Sambisari juga menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang populer di Yogyakarta dan menjadi saksi bisu dari keagungan sejarah dan budaya Jawa Tengah.